Tenzin Metoh, biker perempuan yang peduli pada fesyen dan budaya lokal/Net
Tenzin Metoh, biker perempuan yang peduli pada fesyen dan budaya lokal/Net
KOMENTAR

KECINTAAN seseorang akan sesuatu hal atau benda, biasanya tidak akan bisa menyurutkan hasrat dan minat untuk memiliki. Keinginan yang kuat biasanya selalu diiringi dengan upaya mencapainya.

Seperti halnya Tenzin Metoh, perempuan pertama pengendarai Ducati Multistrada. Dari kecintaannya yang begitu luar biasa terhadap akan kendaraan roda dua, Metoh berhasil merain impiannya, menjalani ekspedisi empat hari melalui medan Arunachal Pradesh dengan Bullet 350 cc Classic.

Lahir dan dibesarkan di Bomdila, distrik Kameng Barat Arunachal Pradesh, Metoh kecil berkeinginan untuk melihat dunia luar. Apalagi ia berada di tengah-tengah saudara laki-laki, yang pembicaraannya tidak lepas dari mobil, sepeda, dan video game. Dari situlah, keinginannya untuk menjadi seorang biker perempuan, tumbuh besar.

Beranjak dewasa, Metoh pindah ke New Delhi untuk program sarjana Geografi dan master Sosiologi di Miranda House. Di sana, ia berkecimpung di banyak bidang, termasuk media. Tapi kecintaannya pada kuda besi, tidak berkurang.

“Orang-orang selalu bertanya, kenapa saya bisa mengendari motor berat. Saya katakana, saya berlatih dulu untuk duduk di sepeda dan perlahan-lahan belajar mengendarainya,” kata dia sambal tertawa, mengutip The Think.co.

Pada 2017, impiannya memiliki motor besar terwujud, berkat bantuan Sang Ibu. Sayangnya, kendaraan impiannya dicuri, bahkan sebelum turun surat-surat berkendaranya.

Lima tahun kemudian, Metoh diundang untuk menjadi bagian dari pameran Explore Beyond, kolaborasi antara Kementerian Pariwisata negara bagian dengan Ducati.

Dirinya menjadi salah satu dari empat wanita yang mengendari Ducati Multistrada, menjelajahi keindahan pemandangan bagian timur, menghabiskan waktu bersama suku-suku asli, mencicipi masakan lokal, dan membaur dalam beragam budaya.

Mendobrak tradisi lewat Oro Bruk

Meski aktivitasnya banyak bersentuhan dengan lelaki, Metoh tidak melupakan diri bahwa ia adalah seorang perempuan. Hal ini dibuktikan dengan kepiawaiannya memberikan seni indah pada pakaian tradisional suku Monpa, lewat Oro Bruk.

“Sepanjang hidup, saya hanya melihat merah marun menjadi warna khas pada pakaian tradisional Monpa. Padahal, saya ingat betul ketika Ibu dan Paman saya berbicara, bahwa ada warna lainnya, yaitu biru. Dari situ saya berpikir, harus ada warna-warna lama yang dihidupkan kembali,” ujar dia.

Tapi perjalanan itu tidak mudah, banyak kotroversi yang muncul. Masyarakat menuduhnya menghancurkan budaya. Namun, Metoh tetap melanjutkan idenya.

“Saya tidak ingin terlihat lemah dan takut. Saya trus membuatnya, terutama tas yang ekslusif sehingga tidak bisa ditiru oleh perusahaan lain.

Metoh mencoba membuah Shinka, pakaian utama suku Monpa, dalam berbagai warna, seperti hijau, merah, kuning hitam, biru, dan semburat biru dan hijau. Semuanya mewakili elemen alam.

Dan untuk pakaian sehari-hari, ia merancang gale dengan motif dan desain khas Monpa. Biasanya gale dibuat dari wolm untuk menghalau cuaca dingin. Tapi karena ingin terus menghangan, akhirnya ia hanya menggunakan kapas.

Dia juga mendesain aksesoris seperti tas, ikat pingga, dan perhiasan. Untuk pria ada kanjar, pakaian penting yang memiliki bahan ringan seperti bulu dan brokat, agar terlihat trendi.

Untuk bahan baku, Metoh mengaku memperolehnya dari warga lokal. Begitu pula dalam proses produksi, semua dikerjakan oleh perempuan-perempuan pedalaman Tawang.

“Pakaian ini dijual secara lokal dan dipopulerkan melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook. Juga berkolaborasi dengan LSM, mengikuti banyak pameran, dan membangun berbagai UMKM,” akunya.

Tiga tahun berjalan, Oro Bruk semakin dicintai. Penjualannya pun mulai menghasilkan keuntungan.

Karena harga tenun yang cukup mahal dan tidak semua orang mampu menjangkaunya, Metoh pun mencoba memperkenalkan desain digital yang mampu menekan ongkos produksi dan mengurangi biaya penjualan.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women