PENDERITA kanker di Indonesia perlu bersenang hati, karena Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terus mengembangkan teknologi dalam pelayanan kanker. Yang terbaru, bekerja sama dengan Medipolis Medical Research Institute, Jepang, Kemenkes mengembangkan layanan kanker dengan teknologi terapi proton.
Kerja sama telah disepakati melalui Memorandum of Understanding (MoU) antara Kemenkes melalui RS Kanker Dharmais dengan Medipolis Medical Research Institute, Kamis (8/6) kemarin di Gedung Kemenkes Jakarta.
“MoU ini bertujuan untuk memberikan struktur umum dan dasar untuk membangun dan mempromosikan penerapan terapi proton untuk penelitian, pengobatan, dan layanan kanker di RS Kanker Dharmais,” kata Wakil Menkes Prof dr Dante Saksono Harbuwono.
Dalam MoU tersebut, kedua pihak sepakat mengembangkan kerja sama dalam kemajuan ilmu kesehatan, teknologi, dan kapasitas pengobatan, serta pelayanan kanker dengan menggunakan terapi proton.
Terapi proton sendiri memanfaatkan energi partikel, berbeda dengan terapi radiasi atau radioterapi konvensional, seperti sinar-x dan sinar gamma. Terapi proton ini memanfaatkan akselerator dengan sinkronisasi yang mempercepat partikel hingga mendekati kecepatan cahaya dan dapat digunakan untuk membunuh sel kanker.
“Sinar proton memiliki kemampuan untuk fokus dan membunuh lesi kanker dengan dampak minimal pada jaringan di sekitarnya. Dengan demikian, terapi proton ini dapat meminimalkan efek buruk pada jaringan lain yang sehat,” kata International Medical Director Medipolis Proton Therapy and Research Center Kotaro Tanaka.
Karakteristin dari terapi proton adalah terciptanya Bragg Peak, yang dapat menimbulkan kerusakan yang terkonsentrasi pada sel kanker dan mampu mengurangi dosis pada jaringan sehat sekitarnya.
Lebih utamakan pencegahan daripada pengobatan
Sementara itu, saat ini sistem kesehatan di Indonesia lebih mengarah pada upaya-upaya pencegahan daripada pengobatan. Kemenkes, melalui skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjami pembiayaan gratis untuk skrining 14 jenis penyakit di puskesmas, salah satunya program layanan skrining kanker.
“Wujud implementasi transformasi layanan primer, yaitu melalui BPJS yang saat ini sedang mengalokasikan Rp9 triliun untuk pembiayaan layanan skrining yang di dalamnya termasuk untuk kanker,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Program berikutnya, lanjut Menkes, adalah menyiapkan 10ribu mesin ultrasound yang tahun ini akan dibagikan ke seluruh puskesmas di 514 kabupaten/kota di Indonesia guna mencapai target deteksi dini penyakit kanker payudara.
KOMENTAR ANDA