SEBANYAK empat bayi di Chili meninggal dunia akibat virus pernapasan syncytial (RSV). Sementara, beberapa lainnya harus menjalani perawatan di ruang intensif anak (ICU). Jumlah itu terus meningkat sepanjang beberapa tahun ini.
Salah seorang ibu bayi yang meninggal, Yessenia Sanchez bercerita, saat itu bayinya mengalami dua kali serangan jantung. Butuh waktu yang cukup lama untuk menunggu ambulan tiba, guna memindahkan bayinya ke ICU.
“Saya menunggu ambulans dari jam 8 pagi sampai 10 malam. Itu kondisi yang sangat luar biasa, yang membuat saya begitu terguncang,” kata perempuan yang berasal dari Quilpe di wilayah metropolitan Valparaiso.
Menanggapi kejadian ini, Kementerian Kesehatan Chili, Jumat (9/6) mengatakan, rata-rata kapasitas tempat tidur ICU untuk anak sudah mencapai 94 persen. Artinya, ketersediaan ruangan dan tempat tidur di ICU sudah sangat sedikir.
“Kami menghadapi salah satu wabah terbesar dalam beberapa tahun ini, salah satunya RSV yang belakangan melonjak tajam. Pada kejadian ini, anak-anak berusia di bawah 1 tahun yang paling berisiko,” kata Menteri Kesehatan Ximena Aguilera.
“Wabah ini sebenarnya tingkat keparahannya sangat rendah, terutama jika dibandingkan dengan COVID-19. Namun ada imunologi yang berbeda sekarang, di mana kerentanannya lebih besar dan itu yang membuat kita memiliki sirkulasi virus yang luar biasa tinggi,” jelas Aguilera.
Kondisi semakin diperparah dengan polusi udara yang melanda Santiago cukup tinggi. Padahal, kota tersebut terletak di cekungan yang dikelilingi perbukitan.
Untuk diketahui, penyebab tersering bronchiolitis dan pneumonia pada anak-anak di bawah usia 1 tahun dan mengakibatkan sakit yang cukup parah. Dan untuk bayi di bawah 6 bulan, virus ini cukup berbahaya, karena bisa menyebabkan kematian. Pada beberapa kasus, anak harus dirawat di rumah sakit karena virus ini.
KOMENTAR ANDA