Asap pembakaran sampah warga memang menjadi salah satu penyumbang polusi udara/Net
Asap pembakaran sampah warga memang menjadi salah satu penyumbang polusi udara/Net
KOMENTAR

PERMASALAHAN polusi udara tidak hanya milik warga Jakarta. Sejumlah kota penyangga, seperti Tangerang, Bandung, maupun Bekasi, mengalami hal serupa. Polusi udara benar-benar sudah menjadi ‘pandemi’ baru yang harus diatasi secara serius.

Terkait hal ini, sejumlah kepala daerah memberikan sejumlah ide. Sebut saja Pejabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Buti Hartono. Ia mengaku sudah menyiapkan sejumlah langkah untuk menangani kualitas udara yang tak sehat. Salah satunya adalah mendorong percepatan peralihan kendaraan bahan bakar minyak (BBM) ke kendaraan listrik.

“Ya dipercepat motor listrik, mobil listrik, terus bahan bakarnya yang memang memenuhi syarat. Ya harus semua pihak mengikuti dong,” tegas Heru menjawab pertanyaan sejumlah wartawan, Selasa (13/6).

Ide Heru ini memang masuk akal, karena emisi dari kendaraan listrik tidak terlalu besar. Namun, akan menjadi berat pula bagi masyarakat untuk menerapkannya karena itu berarti harus mengganti kendaraan yang ada dan memakai bahan bakar minyak, ke kendaraan listrik.

Atau terkait penegasan regulasi, bahwa masyarakat harus kembali ke angkutan umum dan melarang penggunaan kendaraan pribadi. Tetapi tetap saja, kendaraan umum ber-BBG harus diganti menjadi berbahan bakar listrik, untuk mengurangi asap kendaraan yang menjadi salah satu penyumbang polusi udara.

Lain dengan Heru, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil justru mengimbau warganya untuk tidak membakar sampah. Pernyataan Kang Emil ini sekaligus menyetujui protes keras yang disampaikan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat yang menentang metode pembakaran untuk mengatasi sampah di Jabar, khususnya di Kota Bandung.

Pembakaran sampah dianggap memiliki bahaya laten yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Karenanya, RK meminta agar tidak ada lagi pihak-pihak yang melakukan pembakaran untuk mengatasi persoalan sampah. Dirinya bahkan mengaku, menjadi ‘korban’ asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah.

“Saya mengimbau, karena itu polusi luar biasa dari pembakaran sampah yang tidak diolah. Saya inspeksi di Padalarang, ngaspal jalan, saya korban sampah yang dibakar warga,” kata Kang Emil.

Sebagai tindak lanjut, RK meminta kepada kepala daerah di kabupaten/kota di Jawa Barat untuk bisa membimbing masyarakatnya agar tidak mengurai sampah dengan cara dibakar. Sebab hal itu membuat polusi udara semakin pekat.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News