Ilustrasi tenda pengungsi/Pixabay
Ilustrasi tenda pengungsi/Pixabay
KOMENTAR

UNHCR mencatat jumlah orang yang terpaksa mengungsi di seluruh dunia telah mencapai rekor 110 juta orang. Konflik di Ukraina dan Sudan mendorong jutaan orang mengungsi. rumah mereka. Kondisi dua negara itu menaikkan jumlah pengungsi menjadi dua kali lipat sejak tahun 2011.

Peningkatan sekitar 19 juta orang menjadi 108,4 juta pada akhir tahun lalu merupakan lompatan tahunan terbesar yang pernah tercatat, kata UNHCR dalam laporan yang dirilis Rabu (14/6/2023).

Jumlah itu telah meningkat lebih jauh menjadi 110 juta, sebagian besar karena konflik delapan minggu di Sudan.

"Sungguh sebuah hal yang sangat memilukan untuk melaporkan keadaan dunia kita saat ini," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi pada konferensi pers di Jenewa (14/6/2023).

Menurutnya, solusi untuk menyelesaikan masalah pengungsi semakin sulit untuk dibayangkan, bahkan untuk dibicarakan di atas meja perundingan.

"Kita berada di dunia yang sangat terpolarisasi, di mana ketegangan internasional terjadi sampai ke masalah kemanusiaan," ujarnya lagi.

Selama dua dekade sebelum konflik Suriah pada tahun 2011, tingkat global kira-kira stabil di sekitar 40 juta pengungsi dan pengungsi internal, demikian ditunjukkan oleh laporan Forced Displacement.

Tapi mereka telah meningkat setiap tahun sejak itu dan sekarang menjadi lebih dari dua kali lipat. Artinya, lebih dari satu dari setiap 74 orang adalah pengungsi.

Grandi menyalahkan “penyebab umum” mulai dari konflik, penganiayaan, diskriminasi, kekerasan, dan perubahan iklim. Diketahui dari total pengungsi dan mereka yang membutuhkan perlindungan internasional, sekitar setengahnya berasal dari tiga negara: Suriah, Ukraina, dan Afghanistan.

Grandi menyuarakan keprihatinan tentang aturan yang lebih keras dalam menerima pengungsi dan penolakan, tanpa menyebutkan nama negara.

"Kami melihat semakin besar keengganan negara-negara untuk sepenuhnya mematuhi prinsip-prinsip konvensi (pengungsi 1951), bahkan negara-negara yang telah menandatanganinya pun mulai enggan menerima pengungsi," kata Grandi kepada Reuters.

Namun, dia optimis dengan beberapa perkembangan, yaitu kesepakatan yang dicapai oleh para menteri Uni Eropa pekan lalu tentang pembagian tanggung jawab bagi para migran dan pengungsi.

“Ada beberapa masalah yang menjadi perhatian. Namun secara umum, saya pikir ini adalah langkah yang positif,” kata Grandi.

Dia juga memuji Kenya yang dikabarkan tengah mencari solusi baru bagi 500.000 pengungsi yang ditampungnya, termasuk mereka yang melarikan diri dari kemiskinan dan kekeringan di ujung Afrika.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News