AMERICAN Medical Association (AMA) pada Rabu (14/6/2023) menyarankan para dokter untuk tidak terlalu fokus memperhatikan indeks massa tubuh (BMI/Body Mass Index) dalam menentukan apakah seorang pasien memiliki berat badan yang sehat. Alasannya, ukuran tersebut tidak memprediksi risiko penyakit dengan baik untuk seluruh ras dan grup etnis.
BMI yang merupakan rasio berat terhadap tinggi, telah lama digunakan untuk mendefinisikan berat badan kurang, berat "normal", kelebihan berat badan, obesitas, dan obesitas yang tidak wajar.
Banyak bukti yang kemudian menunjukkan bahwa BMI adalah prediktor risiko kesehatan yang tidak akurat pada tingkat individu.
Pada pertemuan tahunan bergengsi AMA di Chicago, para anggota memilih mengadopsi kebijakan baru; BMI harus menjadi salah satu faktor dalam menentukan apakah seorang pasien memiliki berat badan yang sehat. Namun ukuran lain seperti komposisi tubuh, lemak perut, lingkar pinggang, dan faktor genetik juga penting.
Dalam pengumumannya, seperti dilansir Reuters, AMA mengakui bahwa skala BMI terutama didasarkan pada data dari orang kulit putih, sementara bentuk dan komposisi tubuh bervariasi antara kelompok ras dan etnis, jenis kelamin, dan kelompok umur.
Masalah berat badan telah lama dikaitkan dengan keputusan gaya hidup yang buruk, seperti makan terlalu banyak karena kurangnya kemauan untuk memiliki tubuh sehat.
Pandangan tentang berat badan yang tepat dan penyebab obesitas, telah mulai berubah seiring dengan pendekatan baru untuk manajemen berat badan, termasuk obat penurun berat badan baru yang efektif seperti Wegovy dari Novo Nordisk (NOVOb.CO).
AMA juga meminta para dokter untuk membantu pasien menghindari obsesi pada diet. Obsesi untuk memiliki tubuh yang ‘tipis’ juga merusak fisik dan mental seseorang, tak ubahnya seperti obesitas.
Para dokter diimbau untuk mengembangkan pendekatan yang seimbang dan individual untuk menemukan berat badan yang terbaik untuk masing-masing pasien.
KOMENTAR ANDA