WARGANET baru-baru ini dikejutkan dengan berita viral tentang seorang anak perempuan berusia 5 tahun di Buleleng, Bali yang meninggal setelah digigit anjing peliharaannya. Sempat mendapat perawatan di rumah sakit, anak tersebut akhirnya meninggal dunia dengan diagnosis suspek rabies.
Sehari sebelumnya, anak tersebut dibawa ke rumah sakit dengan keluhan tidak bisa minum air, gelisah, nyeri, dan takut angin.
Pasien anak itu diketahui satu bulan lalu digigit anjing kecil peliharaannya pada bagian lengan kiri hingga menyebabkan luka gores. Luka itu hanya dicuci dengan air dan sabun.
Orang tuanya menganggap biasa luka bekas gigitan anjing itu dan tidak melaporkan ke puskes terdekat, sehingga si anak tidak diberikan vaksin antirabies (VAR).
Setelah kejadian, barulah diketahui bahwa anjing peliharaan itu belum mendapat vaksin.
Banyak warganet mempertanyakan mengapa orang yang didiagnosis tertular rabies takut pada air?
Dikutip dari Pandemic Talks, dr. Felix G. Hartono menjelaskan bahwa rabies adalah penyakit yang menyerang saraf otak. Karena itulah pasien rabies akan merasakan dua hal ini.
Pertama, penderita menjadi agresif. Penyebabnya adalah karena rabies tergolong penyakit yang menyerang saraf otak. Karena itulah penderita merasa tidak nyaman hingga menjadi agresif.
Kedua, penderita mengalami susah menelan. Penyebabnya adalah karena tenggorokan seperti keram dan terasa sakit. Bahkan menelan air pun terasa sakit.
Karena sifat agresif dan susah menelan tadi, penderita terkesan takut air.
Namun ketakutan pada air akibat rabies ini berbeda dengan aquaphobia alias takut air akibat trauma. dr. Felix menjelaskan bahwa seseorang yang pernah tenggelam saat usia masih kecil, trauma itu bisa jadi tak berkurang sedikit pun meski usia beranjak dewasa.
Takut air pada penderita rabies juga berbeda dengan hydrophobia. Yang terakhir ini adalah ketakutan pada air. Ketika seseorang takut menelan air, dia akan bisa ketakutan saat melihat air.
KOMENTAR ANDA