DALAM dunia seni rupa, Nunung WS merupakan satu-satunya perempuan yang secara konsisten menjadi pelaku seni abstrak. Ia memakai warna untuk mengungkapkan apa yang telah dialami dan dirasakan.
Ia berpendapat bahwa melukis tidak harus melukis suatu bentuk, karena bentuk itu selalu ada kaitannya dengan bentuk-bentuk lain, sedangkan ia ingin bebas melampaui batasan dan masuk ke dunia yang tak kasat mata. Medium yang terpenting untuknya adalah warna. Bagi Nunung, warna adalah jalan untuk berekspresi total.
Perempuan yang pernah mengenyam pendidikan di Akademi Seni Rupa Surabaya (Aksera) kini menjadi satu-satunya pelukis abstrak perempuan yang masih eksis dan berkarya.
Namanya kini melejit lagi usai mengikuti pameran retrospektif The Spirit Within di Gedung A Galeri Nasional Indonesia yang berlangsung 8-26 Juni 2023.
Semula karya Nunung terinspirasi oleh dinamika kehidupan. Tarikan kuasnya yang kuat menandakan pengaruh gaya abstrak ekspresionis tetapi kemudian Nunung melanjutkan perjalanan artistiknya menuju transenden.
Nunung menyebut karya abstraknya sebagai penghantar masuk ke dalam dunia transenentalnya. Nunung yang mengacu pada semangat spiritual dan transcendental berlandaskan reliji, mistik, dan magis.
Nunung WS mulai menggelar pameran bersama angkatan Aksera di Surabaya dan Taman Ismail Marzuki. Dia berkenalan dengan Nashar dan mulai memutuskan belajar melukis pada 1971. Pertengahan 1970-an sampai 1980-an, ia sering ke Bali bersama Nashar.
Pada 1985, ia mendirikan Nuansa Indonesia, kelompok perempuan perupa bersama seniman Farida Srihadi dan Titis Jabarudin. Di awal 1990-an, ia melakukan perjalanan seni ke Amerika Serikat bersama seniman perempuan lain atas dukungan Ford Foundation.
Pada 1993, Nunung WS melakukan residensi di Academie Minerva, Groningen Belanda dan menjadi pengajar tamu di sana. Di 2021, dia menerima lifetime achievement dari Biennale Jogja.
KOMENTAR ANDA