Ilustrasi roleplay, permainan peran yang sedang tren di kalangan anak dan remaja/Net
Ilustrasi roleplay, permainan peran yang sedang tren di kalangan anak dan remaja/Net
KOMENTAR

TREN roleplay atau bermain peran yang dilakukan anak-anak bersama teman-temannya di dunia maya, yang tentunya tidak saling kenal satu sama lain, masih menjadi perbincangan hangat. Orang tua lagi-lagi menjadi kunci, mengapa tren tersebut terjadi.

Seorang psikiater, dr Lahargo Kembaren, SpKJ menjelaskan, hilangnya perhatian orang tua dan kurangnya komunikasi dengan anak, menjadi penyebab utama anak lebih senang ‘berbincang’ dengan orang yang tidak dikenal, terutama di dunia maya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan perlakuan yang tidak diterimanya di dunia nyata.

Apa saja perlakuan itu?

Diungkap dr Lahargo, anak membutuhkan komunikasi, kehangatan, apresiasi, dan reward atau penghargaan atas pencapaian dalam hidupnya. Karena orang tua dianggap tidak bisa memberikan ‘kebutuhan’ itu, maka anak mencarinya di dunia maya.

Dunia maya sendiri dipilih, karena saat ini anak semakin tergantung dengan gadget. Hal ini didukung pula oleh pola pikir orang tua saat ini, yang inginya praktis dalam pengasuhan anak. Pemikiran, “Biar anteng, dikasih HP aja, ah,” selalu ada di pikiran para orang tua, terutama setelah sibuk dengan rutinitas hariannya.

“Ketika dia roleplay, ada kenyamanan, ‘ternyata senang ya aku jadi peran ini’. Itu di otaknya akan keluar hormon dopamine yang akan membuat anak ini merasakan kenyamanan. Dia akan merasa tenang dan nyaman sesaat, tetapi ketika sudah menurun tidak ada cara lain lagi untuk mendapatkan ketenangan itu. Makanya, ia tergoda untuk melakukan hal yang sama di waktu berikutnya. Inilah yang kemudian membentuk pola perilaku berulang-ulang,” papar Lahargo.

“Sebagai orang tua, kita perlu memahami kebutuhan anak bukan hanya kebutuhan fisiknya, tetapi juga mental emosionalnya. Bagaimana bonding, kelekatan, kedekatan dengan orang tua, mendapatkan penghargaan, mendapatkan parenting style yang baik dengan orang tuanya,” lanjut dia.

Tidak sekadar bermain peran

Mengutip TechTarget, roleplay adalah permainan yang memungkinkan penggunanya berperan sebagai karakter fantasi dan fiksi ilmiah, menyerupai identitas atau idola yang diperankan.

Roleplayer, berperan seolah-olah dirinya adalah karakter di acara TV, film, buku, selebriti. Mereka berakting dengan menyesuaikan gaya bicara, sampai aktivitas sehari-hari.

Pengguna roleplayer di TikTok diawali dengan berinteraksi melalui saling follow akun satu sama lain, dilanjutkan dengan berhubungan secara fiksi, berbagai roleplay lewat konten video berlatarbelakang dialog, penampilan sesuai karakter, dilengkapi fitur-fitur TikTok, musik, efek, dan lainnya.

Beberapa genre yang saat ini paling popular adalah genre Korea dan Western. Keduanya kemudian dibagi-bagi menjadi kelompok karakter seperti penyanyi, aktor, boyband, hingga girlband.

Sayangnya, ada beberapa adegan berhubungan dewasa yang memang terekspos dalam pencarian roleplay TikTok.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting