GELOMBANG panas semakin dahsyat menerjang India. Tercatat ratusan warga meninggal dunia dan sejumlah rumah sakit mengaku tidak bisa lagi menampung pasien. Bahkan rumah sakit terbesar di distrik Ballia Uttar Pradesh sudah kewalahan setelah 54 pasien meninggal dunia. Pihak RS meminta keluarga korban untuk membawa pulang jenazah.
Suasana di rumah sakit distrik Ballia ini sangat kacau, persis seperti suasana yang terjadi saat COVID-19 melonjak di India. Keluarga dan dokter berhamburan, banyak pasien membutuhkan pertolongan medis.
Koridor sudah tidak tampak lagi, dipenuhi dengan pasien dan keluarganya. Sampah dan limbah medis berserakan, dinding rumah sakit penuh noda ludah daun sirih, dan aroma pesing sangat menyengat.
“Semua staf kami telah berada di sini selama tiga hari berturut-turut dan terlalu banyak bekerja,” kata seorang petugas medis darurat, dr Aditya Singh.
Kondisi semakiin diperparah dengan aliran listrik yang terkadang padam, sebagai dampak dari pemanasan global ini. Akibatnya, AC di rumah sakit tidak berfungsi dengan baik, sehingga perawat dan keluarga mengipasi pasien dengan berbagai alat, seperti buku dan kertas karton, agar pasien tetap dalam kondisi suhu tubuh normal.
Ahli memprediksi, gelombang panas di India akan terus berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Karenanya, masyarakat diminta untuk mempersiapkan diri dengan baik guna menghadapi segala konsekuensinya.
World Weather Attribution, sebuah kelompok akademik yang meneliti sumber panas ekstrem menemukan, gelombang panas sudah berlangsung sejak April lalu dan melanda sebagian Asia Selatan. Kondisi ini kemungkinan besar disebabkan oleh terjadinya perubahan iklim.
KOMENTAR ANDA