Kotak yang digunakan untuk latihan melompat di sekolah kini menjadi bagian dari dekorasi di Muroto Haiko Aquarium/Net
Kotak yang digunakan untuk latihan melompat di sekolah kini menjadi bagian dari dekorasi di Muroto Haiko Aquarium/Net
KOMENTAR

SEBANYAK 8.580 lembaga shogakko dan chugakko (setara SD dan SMP) di Jepang berhenti beroperasi sejak 2002 hingga 2021. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.500 sekolah yang terbengkalai dimanfaatkan sebagai pusat komunitas atau beralih fungsi menjadi hostel, galeri seni, akuarium, hingga pabrik sake.

Ditutupnya ribuan sekolah itu dikarenakan penurunan drastis angka kelahiran di jepang. Akibatnya, ruang-ruang kelas menjadi kosong. Begitu disampaikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi Jepang (MEXT).

“Sekolah-sekolah ini adalah pusat dari aktivitas masyarakat. Di Jepang, taman bermain dan gymnasium sekolah dasar sering dibuka saat libur sekolah, masa liburan, dan malam hari untuk mengakomodasi beragam kegiatan masyarakat,” kata Takahiro Hisa, seorang professor di Fakultas Sosiologi Terapan Universitas Kindai, mengutip BBC, Kamis (22/6).

Saat ada bencana alam seperti gempa bumi dan angin topan, sekolah-sekolah tersebut menjadi tempat pengungsian yang penting. Lingkungan sekolah memang sangat berarti bagi masyarakat Jepang.

Melalui proyek Closed School for All yang dilaksanakan pada 2010, pemerintah mencoba mengatasi persoalan depopulasi dan penduduknya yang kian menua, dengan revitalisasi daerah, memanfaatkan peran sekolah dan infrastruktur yang tersedia.

“Dengan populasi yang menurun, penting untuk memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia secara efisien dibandingkan membangun fasilitas-fasilitas baru,” ujar Hisa.

Sekolah dialihfungsikan sesuai permintaan

Nasib masing-masing sekolah diputuskan setelah mendengar masukan dari masyarakat. Ada yang menjadikannya sebagai taman bermain, kola mikan raksasa, dan lain sebagainya.

Sementara itu, seorang mantan direktur sekolah umum di Fujisawa menyebutkan beberapa kemungkinan untuk mentransformasi bangunan-bangunan, di manapun lokasinya.

Dengan potensi gempa bumi kuat yang terjadi dalam 30 tahun ke depan di wilayah timur Jepang, seperti yang diprediksi para ahli, dia mengusulkan untuk memanfaatkan sekolah sebagai tempat hunian sementara, menyimpan logistik, dan menyajikan makanan.

Dari usulan-usulan ini, akhirnya sekolah-sekolah yang terbengkalai itu mengalami kishi kaisei atau jika diterjemahkan artinya adalah bangkit dari kematian, hidup kembali.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News