ADA banyak pintu ujian yang terbuka untuk manusia. Siapa pun kita, pasti akan mendapati ujian diberikan melalui pintu-pintu tersebut.
Salah satu pintu ujian bagi manusia adalah diuji dari apa yang kita sangkal.
Kita seringkali menyangkal dan mengingkari banyak hal. Dan tanpa disadari, kita ternyata bakal diuji dengan apa yang kita sangkal. Karena itulah, kita tak perlu jemawa bahwa kita pasti terbebas dari suatu kondisi yang sulit.
Tanpa kita sadari, bibir kita kerap mengucapkan perkataan-perkataan yang menghina tindakan buruk orang lain dan menunjukkan bahwa diri kita jauh lebih baik dan mulia.
Coba renungkan, apakah kita pernah mengatakan kalimat-kalimat ini?
“Kalau saya jadi pejabat, saya tidak mungkin mau korupsi.”
“Kalau saya diberi amanah sebesar itu, saya tidak mungkin akan mengkhianatinya.”
“Kalau saya jadi orang kaya, saya tidak akan pelit kepada orang lain.”
Atau, “Kalau saya jadi si A, saya enggak akan selingkuh.”
Ingatlah sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, “Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.”
Bukankah itu berarti kita akan diuji dengan hal yang kita sangkal dan tidak akan kita lakukan?
Uztaz Andre Raditya dalam sebuah kajian menjelaskan, “Tidak sepatutnya kita mencela orang lain atau yakin bahwa diri kita lebih baik. Sehingga tindakan yang paling tepat ketika melihat perilaku buruk adalah berlindung kepada Allah dan berdoa yang baik-baik.”
Dengan demikian, kita berusaha menghindari ujian yang datang dari pintu tersebut.
KOMENTAR ANDA