ILUSTRASI TEMPERATUR PANAS/NET
ILUSTRASI TEMPERATUR PANAS/NET
KOMENTAR

BADAN Penerbangan dan Antariksa (NASA) baru saja merilis kondisi temperatur suhu termosfer bumi meningkat dalam 20 tahun terakhir. 

Sehingga, lapisan tersebut mencapai temperatur tertinggi dalam sejarah usai menyerap energi dari badai geomagnetik menghantam bumi. 

Tak pelak, beberapa negara mengalami suhu panas atas peristiwa alam tersebut.  

"Termosfer adalah lapisan termosfer Bumi yang berada di atas mesosfer dan di bawah eksosfer," demikian, Minggu (2/7)

Disebutkan pada laman itu, termosfer terdiri dari atas mesosfer, yakni lapisan dengan ketinggian 85 km dari permukaan, hingga ke bagian bawah eksosfer. Di luar eksosfer, wilayah tersebut sudah masuk luar angkasa.

Selama lebih dari 21 tahun, telah mengukur temperatur termosfer lewat radiasi infra merah yang dihasilkan dari molekul karbon dioksida dan nitrit oksida.

Penyebab meningkatnya temperatur tersebut adalah tiga badai geomagnetik yang terjadi di Januari dan Februari.

Badai tersebut dipicu oleh coronal mass ejections (CME) yang dihasilkan dari gelombang Matahari.

"Badai ini menyimpan energinya di termosfer dan menyebabkannya memanas," kata Periset utama di misi TIMED di Langley Research Center, Martin Mlynczac

Menurut dia, emisi infra merah normalnya setelah badai mendinginkan termosfer. Namun ketika badai bolak-balik, temperaturnya tetap tinggi.

"Sejak peningkatan ini, paling tidak dua badai geomagnetik telah menghantam Bumi," terangnya. 

Badai geomagnetik, dikatakan Martin, menjadi lebih sering dan intens selama badai maksimum matahari. Itu adalah siklus matahari kira-kira 11 tahun ketika matahari paling aktif dan ditutupi bintik hitam serta lompatan plasma yang memuntahkan CME dan angin matahari.

 




Donald Trump vs Kamala Harris, Siapa Bakal Menang?

Sebelumnya

Dukung Riset dan Publikasi Ilmiah, Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta Luncurkan Jurnal Yustisia Hukum dan HAM “JURNALIS KUMHAM”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News