Ilustrasi seekor sapi mati usai menyantap rumput yang mengandung bakteri antraks/Net
Ilustrasi seekor sapi mati usai menyantap rumput yang mengandung bakteri antraks/Net
KOMENTAR

SEBANYAK tiga warga Gunungkidul, Yogyakarta meninggal dunia usai mengonsumsi daging dari hewan mati. Diduga, ketiga warga itu terkena bakteri yang disebut antraks, yang berasal dari hewan mati tersebut.

Antraks adalah penyakit bakterial bersifat menular akut pada manusia dan hewan yang disebab oleh bakteri Bacillus Anthracis. Antraks bermakna ‘batubara’ dalam Bahasa Yunani dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, ini adalah kasus pertama di tahun ini. Adapun korban berasal dari Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, DIY.

“Sejauh ini, kami masih melakukan penyelidikan epidemiologi terkait awal mula penularan kasus suspek antraks. Namun, masyarakat diimbau untuk selalu mewaspadai risiko penularan, utamanya di daerah endemis antraks,” kata Siti, Selasa (4/7).

Karenanya, Siti mengimbau warga untuk tidak asal membeli daging murah, terlebih pasca Idul Adha.

Saat ini, Dinkes Kabupaten Gunungkidul telah mengambil 125 sampel di daerah terpapar dan hasilnya 85 orang positif antraks. Dinar peternakan juga disebut akan terus memantau situasi penyebaran bakteri antraks dengan melakukan mitigasi dan pencegahan.

“Kita tahu, antraks kan menyebabkan sakit pada sapi. Jika ada sapi yang mati mendadak atau sakit mendadal, kita harus curigai,” pesan Siti.

Dugaan sementara, kejadian itu disebabkan konsumsi daging sapi yang berlangsung saat perayaan Idul Adha kemarin. Diketahui, Kabupaten Gunungkidul termasuk dalam daerah endemi antraks.

“Sapi bisa tertular saat memakan rumput yang mengandung virus antraks. Ada juga kemungkinan virus selama ini mengendap di bawah tanah, terangkat karena aktivitas penggarap. Sebab, antraks bisa bertahan hidup lama di permukaan,” jelas dia.

Untuk itu, masyarakat diimbau selektif memilah kualitas daging sapi, khususnya yang berasal dari peternakan di perkembunan endemi antraks. Ia pun berpesan, agar aktivitas beternak dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti sepatu boot, sarung tangan, hingga pakaian yang menutupi seluruh bagian tubuh.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News