Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

ADALAH hal yang sangat membanggakan ketika anak berdiri di atas podium dan menerima piala atas keberhasilannya memenangkan sesuatu. Namun, piala itu ternyata tidak sepenuhnya membuat bangga. Yang justru paling bangga adalah orang tua itu sendiri.

Ya, bagi anak piala adalah sebuah simbol penghargaan atas jerih payahnya, tapi bukan itu tujuan mereka. Anak-anak hanya ingin ikut bersenang-senang dan menyalurkan hobinya saja.

Tapi kesenangan itu akan hilang begitu saja, saat orang tua tidak merasa puas atas pencapaiannya tersebut. Pada akhirnya, orang tua yang terlalu bangga itu ‘memaksa’ anak untuk ‘menghasilkan’ piala kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

Bahkan, ketika anak sudah tidak berminat lagi, aka nada ‘ancaman’ sebagai hukuman. Anakpun kemudian terpaksa untuk mengikuti kemauan orang tua dan memulai lagi latihan atau kursus yang disodorkan.

Sejurus kemudian, orang tua menjadi hobi mengumpulkan tropi dari keterpaksaan anaknya itu. Dan apa yang dirasakan anaknya, tidak lagi dipedulikan, menjadi nomor yang kesekian. Mereka menjadi terobsesi.

Secara sadar, terkadang orang tua merasa bahwa ‘hobi’nya ini adalah hal yang salah. Lalu mencari tahu, seberapa banyak orang tua harus mendorong anak-anaknya? Atau, apa yang harusnya kita harapkan dan apa batasannya?

Ted Cunningham, penulis buku Trophy Child: Saving Parents from Performance, Preparing Children for Something Greater Than Themselves menjelaskan, motif parenting telah berubah selama bertahun-tahun. Pergeseran ini dimulai pada tahun 80-an. Orang tua mulai menggeser peran mereka menjadi lebih menyenangkan, merawat dan memuji, serta memborbardir anak dengan hal-hal yang berlebihan.

Pergeseran ini memiliki banyak akar, perceraian salah satunya. Orang tua menganggap anak-anak mereka dewasa dan mampu menanggung beban emosional. Model parenting ini juga merupakan reaksi terhadap cara kita dibesarkan.

Anak-anak yang dibesarkan sebagai anak tropi akan ditandai dengan sikap:

  • Lebih mengondisikan dan memilih lingkungan yang membuat anak bisa berprestasi daripada mempersiapkan dan mengajarkan mereka untuk berhasil dalam lingkungan mereka.
  • Mempercepat masa kanak-kanak dan menunda untuk menjadi dewasa.

Sikap-sikap orang tua seperti inilah yang secara tidak sadar membentuk karakter anak tropi dan bisa jadi anak narsistis.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting