KANKER tulang merupakan penyakit tumor ganas yang berawal dari tulang. Seperti diketahui, fungsi tulang adalah sebagai alat gerak, sekaligus pembentuk struktur tubuh, tempat melekatnya otot dan daging, juga pelindung organ lunak yang ada di dalamnya.
Sel kanker tulang dapat menyebar ke bagian tulang mana pun yang ada di dalam tubuh manusia. Sel kanker bisa ditemui di tulang punggung, tulang ekor, tulang belakang, tulang pinggul, tulang rusuk. Atau, muncul pada tulang kaki (lutut), tengkorak (kepala), tangan, rahang, leher, hingga pipi.
Lambatnya deteksi kanker tulang umum terjadi akibat gejala berupa benjolan dan rasa nyeri yang sulit hilang, dianggap ‘biasa’ saja. Banyak orang kemudian memilih dipijat atau diurut untuk menghilangkan rasa nyeri yang tidak menghilang sekalipun sudah mengonsumsi obat.
Padahal, terapi urut justru berpotensi meningkatkan penyebaran sel kanker ke seluruh tubuh.
“Jadi langsung ke dokter atau periksa jika ada benjolan dan nyeri tak kunjung hilang, karena jika ke (pengobatan) alternatif fatal sekali akibatnya,” tegas Prof. Ferdiansyah dalam sebuah diskusi daring yang digelar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (4/7/2023).
Ketua Dewan Pakar Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia (PABOI) Prof. Dr. dr. Ferdiansyah, SpOT(K) menyatakan bahwa peluang hidup pasien kanker tulang paling lama adalah 5 tahun.
Kondisi tersebut terjadi karena kebanyakan pasien dengan kanker tulang baru datang ke rumah sakit saat kanker sudah berada di stadium berat bahkan kritis.
“Angka harapan hidup pasien kanker tulang berkisar antara 30 hingga 80 persen. Untuk yang 80 persen, ini bisa didapatkan bila kanker ditemukan, dideteksi, dan diobati secara maksimal sejak stadium awal,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.
Dari pengalamannya, mayoritas pasien kanker tulang di Indonesia meninggal dunia dalam 5 tahun pertama setelah mengetahui kondisi penyakit mereka.
Untuk pengobatan kanker tulang, di antara masalah yang dihadapi adalah mahalnya implan tulang yang bisa mencapai ratusan juta rupiah dan masih jarang orang yang mau mendonorkan tulangnya setelah meninggal.
Jumlah kanker tulang memang tidak sebanyak penderita kanker paru, kanker serviks, atau kanker payudara. Namun karena tergolong ganas dan berisiko kematian dengan peluang hidup yang rendah, maka kanker tulang harus menjadi perhatian bersama.
KOMENTAR ANDA