MIRIS ketika mendengar kabar seorang balita laki-laki di Pamulang, Kota Tangerang Selatan, yang baru berusia 4 tahun meninggal dunia usai dianiaya kedua orang tuanya yang malu memiliki anak speech delay.
Menurut Polres Kota Tangsel Ipda Suswanto, kedua orang tua balita tersebut seringkali menyundut korban dengan rokok dan melakukan kekerasan lainnya pada tangan dan kaki korban. Tidak hanya sampai di situ, diketahui korban juga mengalami memar dan patah tulang.
Sebelum meninggal dunia, korban sempat mengalami kejang demam hingga akhirnya tidak bisa diselamatkan meski sudah menerima perawatan medis.
Pertanyaannya, siapa yang patut disalahkan ketika anak mengalami speech delay?
Tidak ada anak yang ingin lahir dengan keterbatasan. Allah pun menciptakan umatnya dengan kesempurnaan yang luar biasa. Tetapi jika dalam perjalanannya ada kekurangan baik dari segi fisik maupun psikis dan lainnya, sepantasnya manusia tersebut menerima dan berupaya untuk memperbaiki.
Apalagi seorang anak, yang notabene adalah titipan Sang Maha Pencipta, orang tua wajib menjaga dan mengasihi, serta memberikan pendidikan terbaik.
Ada banyak penyebab mengapa anak bisa mengalami speech delay atau keterlambatan bicara, di antaranya:
- Kondisi medis di kandungan atau saat bayi baru lahir
- Anak memiliki riwayat kejang, trauma kepala dan radang otak
- Adanya masalah pendengaran
- Adanya gangguan fungsi oromotor dan struktur mulut
- Autisme, kurang stimulasi, terlalu banyak bermain gadget, atau adanya riwayat keluarga
Coba kita menilik pada tiga penyebab terakhir, yaitu kurangnya stimulasi, terlalu banyak bermain gadget, atau adanya riwayat keluarga. Tiga penyebab ini paling banyak terjadi di era modern seperti sekarang.
Orang tua yang terlalu sibuk, sehingga tidak terlalu mempedulikan anak-anaknya, tidak sering mengajak mereka bermain, atau terlalu cuek melihat adanya gangguan perkembangan pada anak, menjadi pemicu utama anak mengalami speech delay.
Alasan klise, agar anak anteng sementara orang tua leluasa menyelesaikan pekerjaan kantor di hari libur, kemudian memercayakan gadget sebagai teman bermain si anak, ikut mengambil peran penting penyebab keterlambatan bicara tersebut.
Dan terakhir faktor keturunan. Ya, speech delay bisa diturunkan dari keluarga terutama apabila terdapat riwayat keluarga yang memiliki masalah berbahasa, seperti gagap, disleksia, atau terlambat bicara, risiko anak mengalami speech delay akan lebih besar.
Jadi Ayah Bunda, semua yang terjadi pada anak bukanlah satu-satunya disebabkan oleh kesalahan mereka. Coba lihat lagi apakah Ayah Bunda sudah benar-benar menjaga kesehatan mereka sejak dalam kandungan? Ataukah Ayah Bunda selalu memerhatikan mereka setiap saat, di sela-sela waktu sibuk orang tua?
Ingat, anak adalah bagaimana orang tua merawatnya. Saat anak mengalami ‘kekurangan’, maka itu artinya ada yang salah pada orang tuanya. Jaga mereka, sayangi mereka, perlakukan mereka dengan kelembutan, dan berikan hak-hak mereka dengan baik.
KOMENTAR ANDA