Ilustrasi bunuh diri/Net
Ilustrasi bunuh diri/Net
KOMENTAR

SEORANG pria paruh baya tiba-tiba saja merebahkan diri di rel kereta api, sementara sebuah kereta tengah melaju. Aksi bunuh dirinya tidak sengaja terekan dan disaksikan dengan jelas oleh tiga anak ‘railfans’. Dan dengan cepatnya, video bunuh diri tersebut tersebar luas di berbagai media sosial.

Bukan perkara aksi bunuh diri yang kemudian menjadi viral, yang menjadi perhatian adalah bagaimana efek psikologi ketiga remaja tersebut usai menyaksikan kejadian menakutkan tersebut. Juga, bagaimana video bunuh diri itu menjadi trigger factor atau faktor pemicu perilaku serupa.

Kejadian ini mendapat perhatian khusus dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Mereka meminta pemerintah daerah untuk memeriksa sejauh mana dampak psikologi anak yang menyaksikan peristiwa itu.

Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA Nahar menjelaskan, pemeriksaan tersebut penting guna menentukan penanganan yang tepat untuk membantu anak dalam proses pemulihan psikologi.

“Anak-anak secara tiba-tiba harus menyaksikan kejadian yang tidak menyenangkan dan cenderung menakutkan bagi mereka. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan reaksi trauma pada diri anak dan bisa berdampak pada gangguan perilaku,” ujar Nahar.

Semenntara itu, psikolong Ajeng Raviando mengatakan, saat seorang anak menyaksikan pengalaman traumatis, meskipun itu terjadi pada orang lain, maka akan ada dampak psikologis yang muncul. Salah satunya adalah stres pasca trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD).

Saat seorang anak mengalami PTSD, maka ia akan mengalami kilas balik kejadian yang dialami. Bisa saja mimpi buruk atau tidak bisa tidur, hingga kesulitan mengelola emosi. Atau, bisa jadi akan berdampak pada fisiknya. Karenanya, perlu agar anak-anak tersebut diberikan pendampingan psikologis agar tidak mengalami gangguan tersebut.

Psikolog klinis dan founder Pusat Konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi juga membenarkan hal itu.

Ada risiko kejadian yang dilihat oleh anak-anak akan teringat terus. Mungkin juga dibarengi munculnya rasa takut saat anak berada di dekat lokasi kejadian hingga mimpi buruk dan ketakutan yang terus menerus melebar.

“Belum lagi video aksi menakutkan itu tersebar luas dan lalu lalang di linimasa. Ini bisa men-trigger orang dengan kecenderungan bunuh diri, sehingga melakukan cara yang pernah dilihat. Jadi, lebih baik berhenti menyebarluaskan, karena rasa ngeri, trauma, bisa menjadi trigger bagi orang=orang yang punya tendensi bunuh diri,” pesan Anastasia.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News