Bumi tempat manusia tinggal mengalami perubahan iklim global. Di mana gelombang panas membuat tanah bergeser dan membuat gedung pencakar langit cepat retak dari perkiraan sebelumnya.
Hal ini diungkapkan oleh Studi terbaru Northwestern University, AS, dilansir dari ScienceDaily, Kamis (13/7).
"Perubahan iklim bawah tanah merupakan bahaya yang tidak terlihat," kata kordinator penelitian asal Northwestern University, Alessandro Rotta Loria.
Fenomena ini diperkirakan akan terus berlanjut di masa depan. Dalam laporan studinya, kerusakan bangunan di masa lalu kemungkinan disebabkan oleh kenaikan suhu tersebut.
"Tidak berbahaya langsung bagi keselamatan manusia, namun hal ini akan mempengaruhi operasi normal sehari-hari dari sistem pondasi dan infrastruktur sipil pada umumnya," ujarnya.
Kelompok yang melakukan penelitian melakukan pemeriksaan terhadap struktural dari tanah liat Chicago. Didapatkan tanah liat tersebut mengalami pengerutan ketika dipanaskan.
"Seperti halnya tanah berbutir halus lainnya. Sebagai akibat dari kenaikan suhu di bawah tanah, banyak pondasi di pusat kota mengalami penurunan yang tidak diinginkan, secara perlahan tapi terus menerus terjadi," ungkapnya.
Sebelumnya ditemukan lapisan bawah tanah yang dangkal di bawah kota menghangat sebesar 0,1 hingga 2,5 derajat Celcius per dekade.
Dikenal sebagai "perubahan iklim bawah tanah" atau "pulau panas bawah permukaan", fenomena ini telah diketahui menyebabkan masalah ekologi (seperti air tanah yang terkontaminasi) dan masalah kesehatan (termasuk asma dan sengatan panas).
Hingga saat ini, dampak perubahan iklim bawah tanah terhadap infrastruktur sipil masih belum banyak diteliti dan dipahami.
KOMENTAR ANDA