Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

KITA perlu betul-betul cermat menakar humor yang tepat, sebagaimana kita menakar garam kepada makanan. Jika berlebihan, akan membuat makanan terlalu asin. Sedangkan tanpa garam, akan terasa hambar.

Humor berlebihan bisa menyakiti pihak lain hingga menciptakan permusuhan. Namun, hidup tanpa selera humor akan membuat segalanya terasa hambar, tanpa cita rasa apapun. 

Nabi Muhammad Saw pun memiliki selera humor yang sangat bagus. Bukan hanya menghangatkan hubungan keluarga, humor beliau juga mencairkan suasana saat bersama para sahabat.

Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr dalam bukunya Syarah Syama'il Nabi Muhammad (2020: 299) menerangkan, Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Usamah telah menceritakan kepada kami, dari Syarik dari Ashim al-Ahwal dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi memanggilnya, “Ya Dza al-Udzunain (Wahai orang yang mempunyai dua telinga).”

Abu Usamah berkata, “Maksudnya, beliau bercanda dengannya.” 

Dalam riwayat ini ditegaskan, Rasulullah ingin bercanda gurau dengannya. Karena itu, beliau memanggilnya dengan penggilan, “Ya Dza Al-Udzunain!" 

Bisa juga pernyataan ini dimaksudkan untuk memuji dan menyanjung Anas bin Malik. Dalam arti, Anas bin Malik memiliki kedua telinga yang senantiasa dipergunakan untuk mendengar dan mentaati perintah yang dilontarkan kepadanya.

Anas bin Malik kaget dengan seruan Rasulullah yang menyebut dirinya si kuping dua. Sekilas terdengar bagi orang-orang bisa saja sebutan itu dipandang sebagai suatu panggilan yang merendahkan. Tapi, setelah beberapa saat Anas bin Malik dan orang-orang lain pun tergelak. Mereka menyadari Rasulullah tengah melontarkan humor yang benar. Ya, setiap orang memang punya dua telinga, di kiri dan di kanan.

Dalam humor yang sehat itu pun Nabi Muhammad menyampaikan sanjungan. Sebutan dua telinga adalah pujian atas ketaatan Anas bin Malik yang luar biasa. 

Kemudian hari, selera humor ini terus dibahas, dikaji dan diteliti oleh para ahli. Mereka pun menemukan berbagai keutamaan, bahkan dampak positif yang menguntungkan.

Asep Achmad Hidayat dalam buku Khazanah Terapi Komplementer-Alternatif (2022: 61) menguraikan, sepanjang sejarah peradaban, manusia sebenarnya telah memberi efek yang menguntungkan bagi suka cita dan kegembiraan. Artinya, sepanjang sejarah peradaban manusia, humor telah memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Banyak tulisan yang melukiskan tentang efek atau manfaat humor baik langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia. 

Plato dan Aristoteles, filosof piawai Yunani, telah menulis sebuah risalah tentang humor. Imanuel Kant, filosof terkenal Jerman, pada 1790, telah menunjukkan efek yang sama dari humor dan mencirikannya sebagai bakat yang memungkinkan seseorang untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. 

Dalam fisiologi Abad Pertengahan, humor mengacu pada empat cairan utama tubuh, yaitu darah, lendir, kuning empedu, dan empedu hitam. Gagasan populer menyebutkan bahwa humor dan tawa dapat meningkatkan kemampuan kita untuk mengatasi (coping) kesulitan dan tetap sehat. Keyakinan humor dan tawa positif memengaruhi kesehatan terus berlanjut, dan bukti-bukti ilmiah tentang pengaruh ini terus dikaji para ilmuwan.

Manfaat humor dan tawa dalam menjaga kesehatan terus menjadi topik yang menarik minat banyak orang, dan para ilmuwan dengan tekun melakukan penelitian untuk mengkaji pengaruhnya. Bukti-bukti ilmiah tentang hubungan antara humor dan kesehatan semakin dieksplorasi oleh para peneliti, sehingga berhasil menyingkap tabir rahasia yang mencengangkan.

Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa humor dan tawa memiliki efek positif terhadap kesehatan fisik dan mental. Tawa dapat merangsang sistem kekebalan tubuh, meningkatkan sirkulasi darah, dan mengurangi tingkat stres. Selain itu, humor juga dapat membantu mengurangi rasa sakit, meningkatkan kualitas tidur, dan memperbaiki suasana hati.

Lebih lanjut Asep Achmad Hidayat (2022: 61) mengungkapkan, di antara manfaat humor ialah bisa membuat orang yang terlibat di dalam arena humor tertawa dan merasa senang. Hati senang akan membuat seseorang bersikap lebih baik terhadap orang lain, sehingga disukai dalam pergaulan. Kemampuan seseorang menciptakan humor bisa membuat dia lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain, selanjutnya mudah untuk membangun relasi sosial secara intensif. 

Manfaat lain dari humor adalah menjaga, menumbuhkan dan membangkitkan kesehatan. Alhasil, sekarang humor menjadi salah satu metode terapi yang diminati dan dikembangkan. Dalam konteks ini, humor dapat digunakan sebagai metode terapi tertentu (spesifik) atau digunakan dengan terapi lain sebagai intervensi bersama.

Itulah mengapa Rasulullah memiliki selera humor yang bagus, sebab beliau memahami manfaat yang dikandungnya. Dan di era modern pun orang-orang menjadikannya sebagai terapi kesehatan.

Dapat disimpulkan, humor telah diakui sebagai metode terapi yang bermanfaat dan efektif dalam menjaga kesehatan. Penggunaan humor dalam terapi dapat memberikan manfaat psikologis, emosional, dan sosial yang signifikan. Terapi humor dapat menjadi pendekatan yang menarik dan efektif dalam mempromosikan kesejahteraan dan kesembuhan individu. 

Namun demikian, humor bukanlah sesuatu yang boleh dipakai sembarangan. Kita perlu memahami dengan cermat kepada siapa humor itu tepat disampaikan. Dan sekalipun itu hanyalah humor, hendaknya mengandung nilai kebajikan atau bukan celaan, sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi Muhammad Saw.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur