Jayasuprana menyerahkan piagam MURI kepada Pemda Sukarara atas rekor penenun terbanyak dalam acara 'Begawe Jelo Nyensek'/Ist
Jayasuprana menyerahkan piagam MURI kepada Pemda Sukarara atas rekor penenun terbanyak dalam acara 'Begawe Jelo Nyensek'/Ist
KOMENTAR

SUKARARA Begawe Jelo Nyensek adalah sebuah acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Sukarara, Lombok, Nusa Tenggara Barat pada setiap tahunnya dan dihadiri oleh para penenun. Pada 2019, Begawe Jelo Nyensek menghadirkan 1.200 penenun dan acara tahunan ini sempat tidak dilaksanakan karena pandemic COVID-19.

Dan, pada 8 Juli 2023, tetap mengambil lokasi di Desa Sukarara, untuk kelima kalinya Begawe Jelo Nyensek diselenggarakan. Ada beragam kegiatan mengisi event budaya tersebut, seperti Ngendang, Peresean, Pepaosan, peragaan busana, Gendang Beleq, dan peragaan menenun songket Subahnalle oleh 2.023 perajin tenun.

Untuk tahun ini, Desa Wisata Sukarara berhasil mendapatkan rekor MURI dengan rekor Peragaan Menenun Songket Subahnalle oleh Perajin Tenun Terbanyak (2.023).

Kain Tenun Subahnalle

Kain tenun ini sudah ada sejak 1832 di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Para wanita menjadikan kegiatan menenun sebagai warisan budaya nenek moyang yang dilestarikan turun menurun, hingga saat ini.

Umumnya, para penenun mulai melatih anak-anak mereka menenun di usia 10 tahun. Diawali dengan memperkenalkan teknik-teknik dasar, dan sejalan dengan bertambahnya usia, anak-anak tersebut semakin mahir menenun.

Menurut tradisi setempat, seorang perempuan yang belum bisa menenun belum bisa melangsungkan pernikahan, karena salah satu syarat menikah di sana adalah pihak perempuan harus membawa tiga kain tenun songket buatan sendiri. Kain tersebut diperuntukkan bagi dirinya, suami, dan mertua.

Tradisi ini dimanfaatkan sebagai salah satu identitas Desa Sukarara. Dengan adanya potensi ini dapat membantu perekonomian masyarakat desa.

Pada awalnya, menenun dilakukan sebagai kegiatan sampingan. Namun, melihat peminat kain songket bertambah, pemerintah setempat membuatnya sebagai kegiatan rutin dan dijadikan sebagai acara tahunan, Begawe Jelo Nyensek.

Ada beberapa motif yang sangat dikenal, yaitu motif wayang, subahnalle (subhanallah), keker atau merak, bintang empat, dan alang atau lumbung. Penerapan motif-motif tersebut tidak hanya sekadar diaplikasikan sebagai penghias kain, melainkan memiliki makna tertentu.

Motif wayang memiliki makna sikap saling menghormati dan menghargai. Motif subahnalle memiliki makna Yang Maha Esa atau Maha Kuasa. Motif keker melambangkan cinta suci yang abadi, dan motif bintang empat dianggap sebagai simbol kesejahteraan dan kemakmuran.




“Glancing” Picu Tren Digital Baru di Indonesia

Sebelumnya

Sambut Libur Akhir Tahun, AKG Entertainment Hadirkan Pokémon Festival 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon