SETIAP hamba Allah harus memiliki kesadaran muraqabatullah atau merasa diawasi oleh Allah.
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16)
Sungguh, saat kita berada di keramaian, di hadapan orang banyak, kita bisa berusaha keras untuk menciptakan image diri yang saleh, suci, jujur, lembut, dan beragam citra positif lainnya.
Namun berbeda manakala kita berada dalam ruangan, seorang diri. Apakah kita masih tetap menjaga diri kita dari berbagai maksiat dan mematuhi perintah Allah, atau kita justru membuka ‘topeng’ kesalehan yang selalu kita kenakan saat berada di hadapan orang lain.
Itu, hanya kita yang tahu. Siapa hakikat diri kita, apakah hamba yang taat atau hamba yang melanggar.
Dari ayat ke-16 surah Luqman kita tahu bahwa Allah Maha Mengetahui. Sekalipun kita berada sendirian di dalam ruangan, tak ada orang yang melihat, namun saat kita melakukan kemungkaran, Allah mengetahuinya. Rahasia terdalam yang kita simpan rapat-rapat, Allah pun mengetahuinya.
Dan sekecil apa pun perbuatan buruk itu, akan mendapat balasan. Sebagaimana sekecil apa pun perbuatan baik kita, pasti akan Allah ganjar dengan balasan yang indah.
Itulah mengapa muraqabatullah ada salah satu ciri orang bertakwa. Tak peduli kapan dan di mana pun dia berada, di tengah keramaian atau di tempat sunyi tanpa ada seorang pun berada di dekatnya, dia tak tergoda untuk melakukan hal-hal yang dilarang Allah.
Muraqabatullah sejatinya menciptakan kesadaran tinggi untuk selalu berpijak pada kebaikan dan kebenaran. Menjadikan kita seorang muslim yang setiap detik kehidupannya menjadi manfaat dan maslahat. Dengan begitulah kita dapat menjadikan diri kita semakin baik dari hari ke hari. Insya Allah.
KOMENTAR ANDA