Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SAAT ini sedang ramai orang membandingkan antara growing old dengan getting old. Begini prinsip pembandingan yang digaungkan, getting old ialah kondisi alamiah manusia yang terus bertambah tua seiring perjalanan waktu dan proses ini tidak dapat ditolak oleh siapapun. Sementara growing old adalah kondisi tumbuh menjadi menua yang ditandai dengan kematangan psikologis atau kejiwaan yang justru bertambah muda.

Perbedaan berlanjut, di mana getting old ini bukan hanya ditandai dengan menurunnya kondisi fisik, tetapi juga psikologis. Orang-orang yang getting old cenderung semakin sensitif, merasa kurang dihargai, menuntut penghormatan dan perhatian, sertatidak jarang menjadi sosok yang rapuh hingga amarahnya mudah meledak.

Sedangkan orang yang growing old mampu mengelola iklim hati dengan cara dewasa, tidak mudah tersinggung dan lebih bijaksana memaknai kehidupan. Dengan begitu, ia mampu menikmati kehidupan dalam bingkai kelapangan jiwa.

M. Quraish Shihab dalam buku Menjemput Maut Bekal Perjalanan Menuju Allah Swt (2002: 11) menerangkan, paling tidak ada dua kata yang digunakan untuk menunjuk masa yang dialami seseorang dalam kehidupan dunia, yaitu usia dan umur.

Dalam bahasa Al-Qur’an digunakan kata “sin” yang berarti usia dan juga berarti “gigi” --karena gigi dapat menandai usia--. Kata kedua adalah umur yang seakar dengan kata makmur, dan yang selalu mengandung makna kesinambungan dan atau ketinggian. 

Konon seorang kakek pernah ditanya tentang umurnya. Dia menjawab, “Limabelas tahun.” Alasannya, baru limabelas tahun terakhir ini ia memakmurkan jiwanya dengan amal saleh. Karena itu, jika kehidupan dunia berlalu tanpa upaya memakmurkan jiwa, maka ia tidak wajar dinamai “umur”.

Bisa saja kita menemukan seseorang yang sudah menjadi tua dari usianya, tetapi dari segi umur masih kekanak-kanakan. Di masa usia makin renta, justru dia masih saja egois, sensitif dan tidak kunjung dewasa dalam memahami kehidupan. Jadi, tuanya usia belum menjadi seseorang tumbuh menua dengan kematangan jiwa. Sehingga, dibutuhkan suatu proses untuk menyadari urgensi tumbuh menua (growing old).

Sebagai makhluk hidup yang diberikan kesempatan untuk menjalani anugerah kehidupan di dunia ini, manusia sejatinya memikul tanggung jawab untuk memakmurkan jiwa mereka. Dalam konteks ini, umur bukan sekadar tentang bertambahnya usia, tetapi tentang pengembangan spiritual dan kematangan jiwa yang berkelanjutan.

Kehidupan yang berlalu tanpa upaya memakmurkan jiwa tidak memenuhi esensi sejati dari “umur”. Jika seseorang hanya fokus pada kesenangan duniawi semata, tanpa mengembangkan nilai-nilai moral, spiritual, dan kemanusiaan, maka kehidupan tersebut tidak memberikan arti yang mendalam. 

Sangat disayangkan bila justru di usia senja kita hanya getting old atau menjadi tua secara alamiah, tetapi secara kejiwaan malah tidak kunjung dewasa atau malah seperti kanak-kanak saja. Padahal, semakin berada di penghujung usia diharapkan seorang hamba menemukan versi terbaik dari dirinya. 

Lebih lanjut M Quraish Shihab (2002: 11-12) mengungkapkan, “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya,” demikian sabda Rasul Saw. Karena itu beliau berdoa, “Ya Allah, jadikanlah amalku yang terbaik adalah (yang kulakukan) pada akhir usiaku, dan jadikanlah hariku yang terindah adalah hari aku menemui-Mu kelak.” 

Untuk meraih hal tersebut, kita memerlukan ilmu dan amal. Tanpa ilmu kita tidak mengetahui jalan yang benar. Tetapi ilmu saja tidak cukup, kita memerlukan amal berdasar ilmu itu. Kita memerlukan ilmu amaliah dan amal ilmiah. Dengan kata lain kita memerlukan hikmah dalam mengisi perjalanan hidup. 

Menurut ajaran Islam, umur panjang bukan semata-mata tentang hidup dalam dunia ini, tetapi juga mengenai kualitas kehidupan yang dijalani. Umur panjang yang berkah adalah umur yang bermanfaat, diisi dengan amal-amal yang baik, dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. 

Dalam hadis sucinya, Nabi Muhammad Saw mengajarkan agar seseorang menjadikan akhir usia sebagai puncak kualitas hidupnya. Dalam bait-bait doanya, beliau memohon kepada Allah Swt agar amal yang terbaik justru berhasil dilakukan pada akhir usia. 

Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga kualitas amal sepanjang hidup dan menetapkan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri di masa tua. Dengan menjadikan akhir usia sebagai momen yang paling berharga, maka seseorang akan memberikan yang terbaik untuk dirinya dan lingkungannya. 

Dari itulah, diharapkan kita memiliki visi yang jelas sebelum masa tua itu menjelang. Dengan memahami tumbuh menua (growing old) kita tidak akan menjadi beban siapapun di usia senja, malah menjadi mata air inpirasi.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur