Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SUDAH satu minggu Si Kecil masuk sekolah. Anak kerap kali merasa cemas di hari atau minggu pertamanya di sekolah. Mereka enggan berinteraksi dengan guru dan teman. Sebagian anak yang baru masuk TK atau SD mungkin sampai menangis atau mogok sekolah. Bagi mereka, masuk sekolah sudah seperti masuk ke ‘medan pertempuran’.

Ini menjadi tantangan tersendiri untuk orang tua memahami rasa cemas yang dialami anak. Di sini pentingnya mengajarkan anak social emotional learning untuk meredakan perasaan cemas yang dialami.

Emotion Coaching

Emotion coaching adalah praktik yang dilakukan orang tua untuk berusaha memahami dan berempati dengan perasaab anak, serta membantu mereka mengelola emosi yang sedang dirasakannya.

Orang tua yang mempraktikkan emotion coaching akan melihat ekspresi emosi negatif yang ditunjukkan oleh anak, seperti tantrum, berteriak, menangis, dan lainnya, sebagai kesempatan untuk berempati dan terhubung secara emosional. Orang tua juga belajar untuk melihat masalah dari sudut pandang anak, sehingga mereka merasa dipahami dan dihormati.

Yang perlu orang tua lakukan adalah perhatikan tanda-tanda emosi sebelum perasaan anak semakin intens. Lalu, dengarkan, validasi, dan tunjukkan empati atas emosi itu. Bantu anak untuk menamakan emosi yang dirasakannya.

Saat emosinya memuncak, berika ia ruang untuk menenangkan diri. Jika perlu dan ketika anak sudah siap, orang tua bisa fokus untuk membantunya memecahkan masalah.

Modelling

Teknik modelling merupakan cara mengubah perilaku lama yang dianggap mengganggu dengan mempelajari perilaku baru yang sudah dimodelkan, kemudian merespon emosi pada perilaku tersebut dan menirukannya pada situasi saat dibutuhkan.

Dalam hal ini, orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Tunjukkanlah keterampilan sosial emosional yang baik kepada anak melalui perilaku sehari-hari di rumah.

Otak anak diibaratkan seperti spons, yang dapat menyerap semua perilaku dan pembelajaran di sekitar mereka. Jadi, ketika anak melihat orang tuanya berbagi, membantu, atau mengungkapkan rasa terima kasih, anakpun bisa memiliki pemahaman yang baik tentang cara berinteraksi dengan orang lain.

Nurture Your Child’s Self-Esteem

Harga diri adalah tingkat penerimaan diri sendiri secara positif dan negatif. Self-esteem membuat individu sangat responsif terhadap peristiwa yang dialami dalam kehidupan.

Cara untuk meningkatkan kepercayaan diri anak beberapa diantaranya adalah dengan memuji pekerjaan yang dilakukan dengan baik, biarkan ia melakukan kegagalan. Hindari kritik dan biarkan anak menjadi penolong bagi teman-temannya. Jadilah panutan dan prioritaskan waktu berkualitas dengan anak.

Respect Differences

Yang terakhir, hargailah perbedaan. Ingat, semua anak terlahir dengan sifat yang berbeda, bahkan saudara kandung sekalipun atau anak kembar. Jadi, jangan sesekali Ayah Bunda menyamakan dengan teman-temannya. Belajarlah untuk lebih bijak mengomentari sikap dan perilaku anak. Perbaiki tanpa harus membandingkan.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting