MELANJUTKAN tafsir ayat bernuansa futuristik dalam surah al-Hasyr (ayat 18) yang berbicara tentang ghad (hari esok), juga perintah Rasulullah bagi kaum Muhajirin dan Anshar untuk membantu kaum Mudhar bangkit dari kemiskinan dan menyongsong hari esok yang lebih cerah.
Makna Qaddamat
Qaddamat juga tergolong kata yang sangat penting yang terkandung dalam surat al-Hasyr ayat 18, sebab maknanya akan memberikan sumbangsih besar terhadap persiapan masa depan. Siapa pun yang mampu menyelami mutiara hikmah qaddamat, insya Allah dia akan mempunyai visi yang brilian terkait kejayaan di masa mendatang.
Hamka pada Tafsir al-Azhar Jilid 9 (2020: 54) menerangkan, bahwa rezeki yang diberikan Allah, sebagian besarnya dikirimkan terlebih dahulu untuk persediaan hari esok, itulah arti qaddamat, yaitu mengirim lebih dahulu.
Bahkan dalam memberikan rezeki, Tuhan pun sudah menerapkan qaddamat atau mengirimkan terlebih dahulu. Jadi, di setiap rezeki yang kita peroleh, sesungguhnya sudah disertakan untuk perbekalan menyambut hari esok. Artinya, rezeki tidak untuk langsung dihabiskan hari ini, melainkan disisihkan untuk menyongsong masa depan.
Apa pun yang dikaruniakan Allah pada hari ini, entah itu karier, bisnis, jabatan, peluang usaha, kesehatan, keluarga dan sebagainya, sesungguhnya semua itu tergolong qaddamat sesuatu yang dikirim lebih dulu oleh Allah agar kita kelola secara bijaksana untuk masa depan.
Jika kita sedang mempunyai karier yang bagus di hari ini, maka jagalah dan kembangkanlah supaya bermanfaat bagi masa depan nantinya. Jangan habis-habisan menikmati kecemerlangan karier di hari ini tanpa menyiapkan kondisi yang lebih baik di masa mendatang.
Fathor Rachman dalam buku Modernisasi Manajemen Pendidikan Islam (2021: 83) menjelaskan:
Muhammad al-Ghazali menafsirkan surat al-Hasyr ayat 18 dengan menyatakan bahwa manusia diperintahkan untuk memperbaiki dirinya, meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt., di mana proses kehidupannya tidak boleh sama dengan kehidupan yang sebelumnya.
Di samping itu, kata “memerhatikan” mengandung pengertian bahwa manusia harus memerhatikan dari setiap perbuatan yang ia kerjakan dan mempersiapkan diri (merencanakan) untuk selalu berbuat yang terbaik demi hari esok.
Wal tanzhur (hendaklah memerhatikan!) yang menjadi bagian surat al-Hasyr ayat 18 mengandung amr atau perintah dari Tuhan. Setiap pribadi muslim diperintahkan Tuhan agar “memerhatikan” masa depan masing-masing.
Nah, kata wal tanzhur bukan sekadar menyuruh tetapi tugas kita adalah memperjuangkan masa depan yang lebih baik daripada kondisi saat ini. Bukan saja lebih baik dari segi ekonomi, tetapi dari seluruh aspek kehidupan kondisi kaum muslimin terus membaik dari hari ke hari.
Futuristik
Beruntungnya kita hidup di era modern sehingga bisa menikmati hadirnya suatu ilmu yang insyaallah selaras dengan visi Al-Qur’an tentang masa depan, yaitu Futurologi. Dan lebih beruntung lagi kaum muslimin, sebab memiliki kitab suci yang membuka diri untuk penafsiran yang diperkaya dengan ilmu-ilmu apapun. Sehingga untuk kajian surah al-Hasyr ayat 18 ini cocok sekali diperkaya dengan disiplin “ilmu masa depan” atau Futurologi.
Berikut adalah penjelasan Teguh Santosa terkait penafsiran ini:
James Allen Dator atau Jim Dator, futurolog dari University of Hawaii at Manoa (UHM) di Honolulu, mengatakan, ada teori dan metode yang telah dikembangkan, diuji, dan diterapkan yang terbukti bermanfaat bagi individu, institusi, dan komunitas dalam mengantisipasi dan menciptakan masa depan yang layak untuk diri mereka dan komunitas mereka. Memahami dan menerapkan teori dan metode studi masa depan memungkinkan mereka mendapatkan masa depan sesuai preferensi mereka
Salah satu hal mendasar dalam “Hukum Masa Depan Dator” adalah penegasan bahwa sesunguhnya masa depan tidak dapat dipelajari karena masa depan tidak atau belum eksis. Dengan demikian, sebagai sebuah disiplin ilmu, studi masa depan tidak mempelajari masa depan (yang tidak eksis), melainkan mempelajari berbagai gambaran mengenai masa depan (images of future).
Karena “hanya” terbatas pada gambaran atau citra, maka perlu dipahami bila gambaran yang dimiliki seseorang atau kelompok tertentu mengenai masa depan bisa jadi berbeda atau sangat berbeda satu sama lain.
Jim Dator juga mengatakan bahwa masa depan tidak dapat diperkirakan. Namun, sambungnya, alternatif masa depan bisa dan seharusnya diprediksi dan dipersiapkan.
Agar tidak terjebak, dia menyarankan para peminat studi masa depan untuk melihat masa depan sebagai sebuah alternatif yang jamak, dan terbuka. Gambaran masa depan merupakan arena kemungkinan yang harus diperjuangkan sebagai harapan. Bukan sebaliknya, sebagai sesuatu yang merupakan keniscayaan, ketidakberdayaan, atau buah dari kepasrahan.
Karena itulah, ujar Jim Dator, tidak ada “skenario terbaik” atau “skenario terburuk” dalam melihat gambaran masa depan karena pada hakikatnya kejadian demi kejadian adalah buah dari upaya setiap individu untuk mempelajari apa-apa yang telah terjadi dalam situasi paling suram sekalipun, dan selanjutnya mempersiapkan diri dengan matang untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan baru.
Elemen berikutnya dari “Hukum Masa Depan Dator” perlu diperhatikan dengan lebih teliti. Pada bagian ini dia mengatakan bahwa apa yang seringkali populer atau secara profesional dianggap sebagai “masa depan yang paling mungkin”, justru kemungkinan besar merupakan salah satu gambaran “masa depan yang paling kecil kemungkinannya terjadi”.
Ketidakpastian mendasar di tengah masyarakat, ujarnya, adalah kesalahan untuk menentukan “masa depan yang paling disukai” dan “masa depan yang paling mungkin terjadi” dan kemudian menyusun rencana untuk mencapainya.
Sayangnya, “masa depan yang paling mungkin terjadi” bisa jadi malahan jarang terjadi, dan termasuk dalam kelompok gambaran masa depan yang paling kecil kemungkinannya untuk terjadi.
KOMENTAR ANDA