Lambang pita HIV/Net
Lambang pita HIV/Net
KOMENTAR

DUA tahun menjalani transplantasi sel punca, Pria asal Swiss dinyatakan sembuh secara efektif dari infeksi HIV. 

Laki-laki 50 tahun ini dijuluki pasien Jenewa bersama lima orang lainya dengan kasus yang sama.  Hanya saja kasus ini lebih unik dalam mengobati kanker darah seperti leukemia atau limfoma. 

Penanganan pasien Jenewa melibatkan seseorang yang pendonornya tidak memiliki kelainan genetik langka (CCR5).

Dilansir dari NBC News, Gen inilah yang menghalangi virus HIV memasuki sistem kekebalan seseorang, dan membuat sel secara alami kebal terhadap virus tersebut.

Sebelumnya, dalam kegiatan International AIDS Society Conference on HIV Science di Brisbane, Australia, Dirinya melalui terapi antiretroviral itu hingga November 2021. 

Dia pun mengaku sudah tidak terdeteksi virus setelah menghentikan pengobatan antiretroviral atau obat yang berguna mengurangi jumlah virus di dalam darah.

"Apa yang terjadi pada saya luar biasa, ajaib," ucapnya dikutip dari Euronews, dalam sebuah pernyataan.

Dirinya mulai dipastikan terkena penyakit berbahaya dan mematikan ini (HIV) pada 1990 dan mulai menggunakan pengobatan antiretroviral pada tahun 2005.

"Didiagnosis menderita kanker darah langka di tahun 2018. Penyakit ini dikenal sebagai tumor myeloid ekstrameduler," ungkapnya.

Dia pun menceritakan sempat dirawat dengan radiasi, kemoterapi, dan transplantasi sel induk.

Sementara itu, Kepala reservoir virus dan unit kontrol kekebalan di Institut Pasteur di Paris, Asier Sáez-Cirión mengklaim bahwa penyakit HIV sangat sulit disembuhkan. 

Meski penangannya dilakukan dengan berbagai upaya sepertri pengobatan antiretroviral, virus bersembunyi di sel kekebalan yang tidak bereplikasi, yang secara kolektif dikenal sebagai reservoir virus.

Dijelaskan Asier, pengobatan HIV standar semacam itu hanya bekerja pada sel yang secara aktif memproduksi salinan virus baru. 
 
"jika masih belum ada tanda-tanda virus setelah 12 bulan kemungkinan virus itu tidak terdeteksi di masa mendatang akan meningkat secara signifikan," ungkapnya.




Donald Trump vs Kamala Harris, Siapa Bakal Menang?

Sebelumnya

Dukung Riset dan Publikasi Ilmiah, Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta Luncurkan Jurnal Yustisia Hukum dan HAM “JURNALIS KUMHAM”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News