Pemenuhan gizi anak di Jakarta salah satunya dilakukan di posyandu dengan pemberian vitamin/Net
Pemenuhan gizi anak di Jakarta salah satunya dilakukan di posyandu dengan pemberian vitamin/Net
KOMENTAR

ANCAMAN kekurangan gizi dialami ratusan ribu anak di DKI Jakarta. Data BPS menyebutkan, sebanyak 798.107 anak rawan gizi dan sekitar 36 ribu balita bermasalah dengan gizi, termasuk stunting.

Angka ini tentu saja harus ditekan semaksimal mungkin, sehingga tujuan Indonesia Emas pada 2045 dapat tercapai.

Salah satu cara menekan tingginya jumlah anak kekurangan gizi adalah dengan bantuan makanan tambahan dan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Menurut Plt Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, bantuan stunting juga telah disalurkan melalui Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas PAPP, hingga Dinas Sosial.

“Ya, kita sudah berikan bantuan kepada ibu dan keluarganya. Hanya saja, ketika ada anak stunting yang kemudian kita rawat dan akhirnya berhasil keluar dari stunting, tinggi badan dan berat badannya juga naik, tetapi saat konstrasi ke tempat lain justru turun lagi,” kata heru saat menghadiri rapat koordinasi dengan Menkes Budi Gunadi Sadikin, Senin (24/7).

Sementara itu, Menkes Budi mengusulkan diadakannya program ‘Gerakan Anak Sehat’, di mana Pemprov DKI Jakarta bisa memanfaatkan orang tua asuh dan mengajak perusahaan-perusahaan yang ada di wilayahnya untuk membantu pendanaan penanganan gizi anak dan stunting.

Dengan begitu, penyaluran bantuan kepada orang tua dengan anak stunting, menjadi lebih cepat dan tepat sasaran.

“DKI ini provinsi kaya, sayang kalau tidak dibantu. Tapi kita nanti akan buka Gerakan Anak Sehat ini. Orang tua asuh atau perusahaan asuh yang bisa bantu. Kita akan berintegrasi dengan Pak Gubernur untuk bantu 36 ribu (gizi bermasalah itu). Banyak sekali perusahaan di bawah pengawasan Pak Gubernur yang pasti mau bantu. Nanti bekerja sama juga dengan BKKBN,” kata Budi.

“Masalah stunting ini kan sebenarnya berasal dari kekurangtahuan keluarga, tidak mengerti harus memberikan asupan makanan yang seperti apa. Mungkin juga mereka berpikiran kalau makanan bergizi itu harus yang mahal dan mewah. Ya, kan perlu didamping berarti ya. Itu namanya orang tua asuh. Misalnya Ibu Gubernur, punya anak asuh 10, semua dipanggil dan ditanya, apakah anaknya sudah diberikan protein hewani hari ini? Nah, jadinya mereka nanti terus belajar,” tutur Menkes.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News