Pasien ginjal akut di pusat dialisis/CNA
Pasien ginjal akut di pusat dialisis/CNA
KOMENTAR

SEJUMLAH dokter di Singapura mendesak tindakan lebih lanjut menghadapi lonjakan kasus penyakit ginjal yang mengakibatkan semakin banyak warga Singapura menjalani cuci darah.

Lebih dari 300.000 orang menderita penyakit ginjal kronis, tetapi 200.000 lainnya mungkin tidak terdeteksi, demikian dilaporkan CNA.

National Kidney Foundation (NKF) bahkan mengatakan kemungkinan tidak ada tempat dialisis yang cukup untuk pasien baru jika tidak ada perubahan. Pemeriksaan kesehatan disebut-sebut menjadi solusinya, tetapi beberapa dokter meminta cakupan yang lebih luas, termasuk dalam program Screen for Life. Dengan adanya deteksi tahap awal berarti kualitas hidup menjadi lebih baik dan biaya yang lebih dapat dikelola.

Saat ini, hampir setiap slot di fasilitas dialisis NKF terisi. Di 41 lokasinya, NKF menerima sekitar 100 aplikasi baru untuk tempat dialisis setiap bulan, hampir dua kali lipat dari angka lima tahun lalu, demikian disampaikan Direktur Medis NKF, Jason Choo.

Namun, sekitar 9.000 pasien baru di Singapura yang mengalami gagal ginjal merupakan puncak gunung es, karena sesungguhnya ada lebih dari 300.000 orang dengan penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease, CKD). Menurut Yeo See Cheng, Kepala Kedokteran Ginjal RS Tan Tock Seng, angka itu baru kasus yang terdeteksi: Untuk setiap 10 diagnosis, diperkirakan lima hingga tujuh orang tidak mengetahui kondisi mereka.

Itu berarti 200.000 lebih orang dapat berjalan-jalan tanpa menyadari bahwa ginjal mereka menderita. Jika dibiarkan, CKD akan berkembang menjadi gagal ginjal.

Implikasinya, jika tidak ada perubahan, pusat dialisis tidak akan memiliki tempat untuk pasien baru yang harus menjalani cuci darah.

“Kami (ibarat) berada di tepi jurang dalam hal jumlah pasien. Dengan begitu cepatnya penambahan jumlah pasien ginjal, kami perlu pusat dialysis di setiap blok HDB (Housing & Development Board),” ujar Jason Choo.

Penyakit ginjal akut, the silent killer

Sekitar sepertiga dari pasien tidak menyadari bahwa ginjal mereka dalam kondisi buruk sampai terlambat. Mereka biasanya ‘mendarat’ di bagian kecelakaan dan gawat darurat RS Tan Tock Seng, entah dengan kaki yang terlalu bengkak atau perut yang terlalu gatal.

Pada saat itu, ginjal pasien biasanya berada di ambang kegagalan, kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Pasien harus segera memulai dialisis, yang akan menjadi terapi seumur hidup kecuali transplantasi sudah dekat.

“Ini seperti silent killer karena pada tahap awal pasien tidak memiliki gejala apa pun. Mereka merasa normal, merasa sehat, meski fungsi ginjalnya menurun. Banyak pasien bahkan tidak menyadarinya sampai mereka berada di stadium lima, yang dikenal sebagai gagal ginjal,” ungkap Yeo See Cheng.




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News