PERHATIAN, COVID-19 masih ada. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bebas masker, bukan berarti COVID-19 sudah tidak ada. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi baru-baru ini mengungkap, keturunan terbaru dari varian Omicron berkode Eris, sudah masuk ke Indonesia, bahkan sejak Maret lalu.
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman mengatakan, virus Eris memiliki kemampuan penyebaran yang sangat cepat, meskipun sampai saat ini belum menimbulkan peningkatan angka kasus kematian atau ancaman serius dalam keparahan.
Vaksinasi yang ada saat ini, menurutnya, masih terbukti efektif dalam menahan tingkat keparahan atau kematian. Walau begitu, ia mengimbau masyarakat untuk tetap meningkatkan proteksi, salah satunya mengenakan masker.
Sejauh ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasi Eris sebagai variant under monitoring (VUM) atau varian yang diawasi. Hal ini dikarenakan varian baru itu telah mendominasi 20% dari sekuen di Asia, 10% di Eropa, dan 7% di Amerika Utara.
Eris juga telah menyebabkan lonjakan kasus di Inggris, setelah sebelumnya diduga karena liburan musim panas dan peluncuran Barbie serta Oppenheimer pada pertengahan bulan lalu, yang menimbulkan kerumunan.
“Kami terus memonitor jumlah kenaikan kasus pada minggu ini. Kami memang melihat ada peningkatan pasien di rumah sakit, terutama di kalangan pasien usia lanjut,” kata dokter dan kepala imunisasi Inggris UKHSA Mary Ramsay.
Gejalanya bukan demam
Berbeda dengan varian-varian sebelumnya, gejala tradisional seperti sesak napas, kehilangan penciuman, dan demam tinggi pada Eris jauh lebih jarang terjadi.
Lalu, apa saja gejala khas yang ditimbulkan varian ini?
- Pilek
- Sakit kepala
- Kelelahan ringan hingga berat
- Bersin
- Sakit tenggorokan
- Batuk tanpa dahak/berdahak
- Suara serak
- Sakit atau nyeri otot
- Indra penciuman yang berubah
Meski gejala COVID-19 Eris terlihat seperti penyakit ringan, tidak ada salahnya untuk waspada demi kesehatan Anda dan orang terdekat. Sebab, long-covid dapat memperparak gejala yang terjadi dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
KOMENTAR ANDA