SINDROM baby blues biasanya dialami perempuan muda setelah melahirkan. Sikap depresi ini biasanya sikap tidak mau melihat bayinya sendiri hingga menimbulkan histeris karena merasa tidak siap untuk menjadi ibu.
Sikap depresi lainya yang sering dialami setelah melahirkan, postpartum. Hanya saja yang membedakan dua sindrom ini dari segi masalah hingga durasi depresi yang berbeda-beda.
"Ada dua jenis, pertama itu sindrom baby blues, lalu kedua [depresi] postpartum. Orang menganggapnya semua depresi itu baby blues, padahal bukan. Keduanya berbeda," kata Dokter Rumah Sakit UMMI Bogor Nuran Abdat.
Menurut dia, tidak sedikit orang yang menganggap semua sindrom pasca-melahirkan adalah sindrom baby blues. Perbedaan antara depresi postpartum dengan sindrom baby blues.
"Sindrom ini berupa gangguan emosi yang biasanya muncul dua hingga tiga hari setelah melahirkan. Tapi, beberapa orang bisa mengalami gejala ini hingga satu atau dua pekan," ujarnya.
Para ibu yang mengalami baby blues biasanya mengalami perubahan emosi yang cukup signifikan. Mulai dari rasa sedih yang muncul tiba-tiba, mudah tersinggung, hingga mudah lupa.
"Para ibu juga jadi sering menangis. Mereka juga merasa cemas karena khawatir tidak bisa merawat anaknya dengan baik," terangnya.
Kondisi ini sebenarnya umum terjadi. Hampir 80 persen ibu melahirkan mengalami baby blues.
Sementara itu, untuk depresi postpartum si Ibu mengalami jangka waktu cukup lama, misalnya satu bulan hingga satu tahun.
Depresi postpartum juga bisa terjadi karena stres dan perubahan hormon yang dialami ibu. Lingkungan sekitar juga juga sangat berpengaruh dan bisa memicu postpartum.
"Dampaknya terhadap ibu juga lebih berat. Mereka bisa merasa sangat sedih, putus asa, bahkan merasa tidak berguna sebagai seorang ibu," tutupnya.
KOMENTAR ANDA