KOMENTAR

PADA berbagai peradaban dunia, kelemahan perempuan kerap diperbincangkan dan diperdebatkan, hingga tak jarang justru dimanfaatkan oleh pihak yang lebih kuat untuk mendominasi kaum hawa. Padahal sebagai manusia yang beradab, semestinya kita berbicara tentang kelemahan perempuan dengan segenap rasa hormat.

Layaknya manusia, kelemahan tentulah ada pada diri perempuan, sebagaimana kelemahan juga terdapat pada diri laki-laki. Akan tetapi jika kelemahan perempuan dimanfaatkan untuk memuluskan sikap-sikap diskriminasi, maka itu merupakan sesuatu yang tidak terpuji.

Syaikh Mahmud al-Mashri pada bukunya Perkawinan Idaman (2016: 146) mengutip sebuah hadis yang menarik tentang bagaimana Nabi Muhammad saw. membuat perumpamaan bahwa kondisi perempuan bagai “tulang yang bengkok”.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak akan lurus dengan satu cara. Jika kaunikmati ia apa adanya, engkau akan menikmatinya tetap dalam keadaan bengkok. Dan jika engkau berusaha meluruskannya, niscaya engkau akan mematahkannya.” (HR. Muslim)

Hadis ini perlu dipahami secara bijaksana dan tidak disalahgunakan untuk merendahkan atau mengekang perempuan. Sebaliknya, hadis ini dapat dijadikan sebagai pengingat penting untuk menghargai keunikan dan peran perempuan dalam masyarakat.

Hal utama yang perlu diingat bahwa manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kita tidak boleh menganggap kelemahan sebagai sesuatu yang negatif, melainkan sebagai sifat yang menyertai keberagaman dan keunikan setiap insan. Justru dari perbedaan itulah, kita dapat belajar untuk saling melengkapi dan membangun harmoni dalam kehidupan bersama.

Muhammad Fuad Abdul Baqi pada kitab Al-Lu'lu' wal Marjan (2011: 162) menerangkan:

Dari tulang rusuk yang bengkok: maka tak perlu memanfaatkan mereka melainkan merawat dan tetap bersabar atas kebengkokannya. Kata rusuk dipinjam untuk sesuatu yang bengkok, yakni para perempuan diciptakan dengan bentuk tidak lurus seakan-akan mereka diciptakan dari pokok yang bengkok.

Ia tetap akan bengkok: adalah sebuah anjuran agar menjaga perempuan beserta kebijakannya dan tetap bersabar akan kebengkokannya, bahwa barangsiapa yang ingin meluruskannya berarti ia ingin melakukan kemustahilan dan luput untuk memperlakukan yang bermanfaat untuk mereka, padahal manusia membutuhkan seorang perempuan yang menenangkan hidupnya dan saling tolong dalam kehidupannya, seperti kata penyair:

Ia adalah tulang rusuk bengkok yang tak mungkin kau luruskan

Ingat, meluruskan tulang rusuk mereka hanya mematahkannya saja

Apakah engkau mengumpulkan sifat lemah dan kuat pada wanita?

Bukankah itu ajaib ada kelemahan dan kekuatannya?

Seolah-olah penyair mengatakan bahwa menikmati ketidaksempurnaan perempuan adalah dengan bersabar menghadapinya.

Imam Al-Ghazali berkata: wajib bagi seorang suami untuk menggauli istri dengan baik dan memperbaiki perilakunya terhadap istrinya. Laki-laki harus membekali diri untuk menanggung sakit dengan cara bersenda-gurau, karena memang itulah yang dapat meluluhkan hati perempuan.

Ketika Rasulullah menyatakan bahwa perempuan tidak akan lurus dengan satu cara, hal itu tidak dimaksudkan untuk menunjukkan inferioritas kaum hawa. Sebaliknya, itu menegaskan bahwa perempuan memiliki pandangan dan pendekatan berbeda dalam menyikapi kehidupan dan tantangan yang dihadapinya. Adalah hal bijaksana untuk mampu menghargai perspektif perempuan dan berusaha mencari kesepakatan melalui dialog dan pengertian.

Dalam hadis tersebut juga dinyatakan bahwa jika seorang laki-laki memanfaatkan atau memperlakukan perempuan dengan seenaknya, maka perempuan itu akan tetap dalam keadaan bengkok. Pesan ini adalah peringatan bagi kita untuk tidak menyalahgunakan kelemahan atau ketidakberdayaan seseorang, termasuk perempuan.

Sebagai manusia yang beriman, kita diwajibkan untuk bertindak adil. Kita perlu menghormati, dan memberikan perlindungan bagi perempuan serta semua anggota masyarakat yang rentan. Kelemahan perempuan itu sejatinya normal saja, tapi sayangnya rentan didiskriminasi.

Peran perempuan dalam masyarakat sangatlah penting dan beragam. Mereka dapat menjadi ibu, saudara, pasangan hidup, atau rekan kerja yang memberikan kontribusi luar biasa dalam segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, sebagai sesama manusia, kita harus memberdayakan perempuan dengan memberikan kesempatan yang setara.

Sikap yang tepat adalah memahami kelemahan dan kekuatan perempuan dengan bijaksana, sehingga kita sama-sama berada dalam posisi saling mendukung dan menghormati perbedaan serta tidak mengekang perempuan dalam stereotip atau diskriminasi.

Pada hakikatnya sangat penting menghargai semua individu tanpa memanfaatkan atau mengeksploitasi kelemahan siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan. Sikap saling menghormati, empati, dan adil terhadap semua orang merupakan nilai-nilai yang mendasar dalam hubungan antarmanusia.

Ketika berurusan dengan perempuan atau siapa pun, penting untuk memperlakukan mereka dengan rasa hormat dan kesetaraan. Tidak pantas untuk memanfaatkan kelemahan atau ketidakpastian seseorang untuk keuntungan pribadi, dan sikap seperti itu tidak sesuai dengan etika yang baik.

Perlu sekali untuk dicatat bahwa Islam sebagai agama yang mengajarkan kesetaraan dan keadilan tidak pernah membenarkan penindasan atau eksploitasi perempuan.

Pesan-pesan dari hadis harus diartikan dengan penuh kebijaksanaan, tidak hanya berdasarkan harfiahnya saja. Nasihat terdalam dari hadis Rasulullah adalah jangan memanfaatkan kelemahan perempuan, tapi hormatilah sebagai suatu keunikan dunia.




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur