DOKTER spesialis dan ahli saraf tertua, dr Howard Tucker masih terlihat sehat dan bugar meski telah berusia 100 tahun. Pria kelahiran 1922 ini pun dinobatkan sebagai dokter tertua di dunia dicatatkan dalam rekor dunia Guinness World Records.
Hal yang mendasar agar memiliki umur panjang dan bahagia menurut Tucker adalah gaya hidup.
"Gen yang baik dan keberuntungan dapat memberikan Anda awal yang baik, tetapi ada beberapa aturan gaya hidup yang telah saya jalani selama satu abad terakhir," katanya.
Selain rajin berolahraga, Tucker juga menghindari merokok. Di saat masih muda, dirinya bercerita pernah meminta izin kepada orang tuanya untuk merokok. Namun jawaban yang diterima Tucker sangatlah masuk akal yakni tidak memasukan selain udara segar ke dalam tubuhnya.
"Pada 1930-an, saya meminta izin kepada ayah saya untuk merokok, beliau berkata 'Saya tidak masalah kalau kamu merokok, tapi kenapa ada orang yang ingin memasukkan selain udara segar ke dalam paru-parunya ketika hidup begitu singkat?'" terangnya.
Kebiasaan yang sering dilakukan pria beruban ini saat masih berusia 80 an menjalankan olahraga renang, joging, hiking, dan bermain ski demi menjaga kesehatan fisiknya.
"Walaupun saat ini saya tidak lagi bermain ski dan tidak seaktif dulu, saya berusaha untuk tetap berolahraga setiap hari. Dalam seminggu, saya berolahraga dengan treadmill setidaknya tiga mil dan menggunakan kecepatan tinggi," ungkapnya.
Menurut studi yang dipublikasikan University of Cambridge, melakukan olahraga, setidaknya berjalan kaki selama 15 menit dapat menurunkan risiko kematian dini hingga 25 persen.
Sudah bukan rahasia lagi, rokok adalah salah satu pemicu utama terjadinya berbagai masalah penyakit, seperti penyakit paru-paru, kardiovaskular, kanker, stroke, hingga kolesterol.
"Rahasia umur panjang sebenarnya tidak ada. Namun, kira hidup setiap hari dan mati sekali, jadi kita harus memanfaatkan waktu yang kita miliki," sebutnya.
Diapun menguak rahasia gaya hidup yang dilakukan untuk tidak pensiun dan terus bekerja. Keuntungannnya, badan akan terus merespon otak karena akfif bergerak hingga terhindar dari pikun.
"Selama pandemi, saya merawat pasien selama lima atau enam hari dalam seminggu. Kemudian, saya beralih mengajar residen medis hingga tiga hari dalam seminggu," tutupnya.
KOMENTAR ANDA