AFGHANISTAN terancam akan kehilangan anak mudanya, karena dianggap tidak mampu memberikan masa depan yang baik. Saat ini, sebagian besar dari mereka sudah meninggalkan Afghanistan, menuru Provinsi Nimroz di Afghanistan Barat, yang berbatasan dengan Iran dan Pakistan. Anak-anak muda itu berharap bisa sampai ke Eropa.
Naqibullah adalah salah satu pemuda yang mencoba ‘melarikan diri’ dari situasi negaranya yang tidak menguntungkan. Dia adalah lulusan Universitas Kabul dan berharap bisa mencapai Eropa melalui Iran, Irak, dan Turki. Sebelumnya, Naqibullah berprofesi sebagai seorang guru dan fotografer.
“Saat ini, tidak ada pekerjaan. Orang-orang hidup dalam kondisi yang mengenaskan. Dan jika begitu, maka tidak ada bisnis baik itu pertokoan, pusan pengajaran, atau studio foto yang dapat menghasilkan pendapatan,” ujar dia.
Memang, sejak Afghanistan dikuasai Taliban dua tahun lalu, negara itu bergulat dengan krisi ekonomi, karena banyak orang kehilangan pekerjaan dan bisnis. Para pemuda dari berbagai provinsi di Afghanistan utara kemudian berduyun-duyun menuju stasiun bus di Kabul untuk meninggalkan Afghanistan, menuju Eropa untuk memperbaiki masa depannya.
Idress adalah contoh lainnya. Ia warga Kota Kunduz, Afghanistan utara. Diakuinya, di kota tersebut sudah tidak ada pekerjaan yang menghasilkan pendapatan. Karenanya, Idress hendak pergi ke Iran, kemudian ke Turki. Dari sana, ia ingin pergi ke Jerman atau negara lainnya di Eropa.
Eksodus besar-besaran yang dilakukan pemuda Afghanistan diakui Shahin Shah, sebuah agen perjalanan di Kabul. Diakui agen ini, puluhan bus berangkat setiap harinya.
“Sebanyak 80 hingga 90 bus berangkat dari sini setiap hari. Beberapa hari yang lalu, kami bahkan memberangkatkan 120 bus dalam satu hari dan 80 persen menuju Nimroz. Semua orang ingin pergi ke Iran dan Pakistan secara illegal dan meneruskan perjalanan dari sana,” ujar Shahin Shah.
Dan PBB mencatat, lebih dari 1,6 juta warga Afghanistan telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, terutama sejak Taliban merebut kembali kekuasaan, sejak 2021 lalu. Dan, satu juta dari mereka memasuki Iran.
KOMENTAR ANDA