Sedikit banyak rezeki yang kamu terima, syukurilah/Net
Sedikit banyak rezeki yang kamu terima, syukurilah/Net
KOMENTAR

PADA hakikatnya, rezeki merupakan karunia Ilahi yang tak ternilai dalam menopang kehidupan manusia. Setiap makhluk memiliki jalan rezeki yang berbeda, tidak ada yang sama. Dalam perjuangan itu, kita membutuhkan sikap syukur atas segala bentuk anugerah yang telah dicurahkan Allah Swt. 

Imam An-Nawawi pada kitab Riyadhus Shalihin (2016: 531) menerangkan, dari Abu Umamah bahwasanya Nabi Saw apabila mengangkat hidangannya, yakni setelah selesai dimakan, beliau mengucapkan, “Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, makanan yang suci serta diberkahi, tidak diremehkan serta tidak pula dianggap kurang berguna, ya Tuhan kita.” (HR. Bukhari)

Sikap tidak mencela rezeki yang sesuai dengan petuah Nabi tersebut, salah satunya diamalkan dengan baik oleh seorang kakek penjual rujak. Dia mengaku sudah berjualan rujak sejak 26 tahun lalu. Dari semula rujaknya seharga Rp 200 per porsi, kini menjadi Rp 5.000. 

Puluhan tahun hidupnya di tubir jurang kemiskinan, tapi tidak pernah dicelanya pikulan rujak yang memberati bahunya. Dia berprinsip, meremehkan rezeki sama artinya tidak bersyukur. 

Di tengah perjuangan hidup yang penuh onak duri, seringkali manusia terjebak dalam sikap kurang bersyukur. Tidak jarang pula ada yang terpeleset lebih jauh, dengan meremehkan atau melecehkan rezeki yang telah diterima.

Jangan ludahi sumur yang masih kamu minum airnya! Sebab, dari rezeki itulah kita dan keluarga menyambung hidup. Di sini pula tergambar pentingnya sikap bersyukur dan menghargai rezeki yang telah dilimpahkan Allah.

Supaya memperoleh pemaknaan yang lebih mendalam, mari renungkan beberapa aspek berikut:

Bersyukur adalah kunci kebahagiaan

Tanpa rasa syukur, seseorang cenderung tersiksa oleh perasaan serba kekurangan yang justru berhulu pada rasa tidak pernah puas. Setiap melihat keadaan di sekeliling, selalu saja kita merasa ada banyak orang yang jauh lebih beruntung. 

Perasaan seperti itulah yang menghadirkan derita dan kita sendiri yang menciptakannya.

Memahami hakikat rezeki

Sesungguhnya, rezeki bukanlah sekadar mater, tapi juga kesehatan yang prima, keluarga yang harmonis, ilmu pengetahuan yang berguna, dan lainnya. Rezeki ilmu atau keterampilan lebih besar nilainya daripada uang. Inilah hakikat rezeki yang tidak boleh diabaikan!

Eliminasi perasaan rendah diri

Sikap meremehkan rezeki dapat membawa dampak negatif pada pandangan dan penghargaan terhadap diri sendiri. Lama-kelamaan, yang terjadi justru munculnya perasaan rendah diri.

Jelas perasaan negatif ini sangatlah berbahaya, sebab bisa menghambat kemajuan diri dalam meraih rezeki yang lebih luas. Lain halnya saat kita banyak bersyukur atas segala rezeki, maka kita memiliki pandangan yang lebih positif terhadap diri sendiri dan memperoleh energi dari dalam supaya lebih gigih berusaha.

Menghindari kecemburuan sosial

Hawa nafsu tidak akan pernah merasa puas. Lambat laun setan akan membakar api kecemburuan tatkala kita melihat rezeki orang lain dirasa lebih melimpah. Berikutnya, muncul pula berbagai sikap negatif sebagai pelampiasan dari cemburu yang sangat membakar itu. Kemudian, dapat saja terjadi ketegangan hubungan atau malah permusuhan. 

Memang tidak ada manfaatnya apabila kita mencela rezeki yang memang sudah menjadi takdir diri sendiri. Dengan sikap negatif itu pun nasib kita tidak akan berubah, karena celaan itu malah merusak kepada diri sendiri. Mari kita jaga sikap bersyukur dan tetap positif dalam menerima takaran rezeki. 

Bagi setiap pribadi muslim, terkait rezeki ini, ada ayat yang patut dijadikan pegangan, surat Ibrahim ayat 7, yang artinya:

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur