Gedung Bertingkat Tertutup Kabut akibat polusi udara beberapa hari belakangan/ net
Gedung Bertingkat Tertutup Kabut akibat polusi udara beberapa hari belakangan/ net
KOMENTAR

SEKITAR 600 ribu anak di bawah usia lima tahun meninggal akibat polusi udara tiap harinya. Kualitas udara mengalami enam kali lebih tinggi dari pedoman yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. 

"Satu dari tujuh anak di dunia terpapar polusi udara yang paling beracun," kata Direktur Eksekutif UNICEF ke-6, Anthony Lake, dikutip dari laman resminya setelah dilihat Farah.id, Selasa (15/8). 

Di data yang disampaikan UNICEF pada 2016 menemukan bahwa ada 300 juta anak tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara di luar ruangan yang paling beracun. Selain itu polusi udara mengancam nyawa dan masa depan jutaan anak setiap hari. 

"Polutan tidak hanya merusak paru-paru anak-anak yang sedang berkembang, tetapi juga menembus barier darah-otak dan merusak secara permanen otak mereka yang sedang berkembang," ujarnya. 

Berdasarkan pantauan citra satelit, sekitar dua miliar anak tinggal di daerah rawan polusi udara. Umumnya, polusi udara di wilayah-wilayah tersebut disebabkan oleh emisi kendaraan, penggunaan berat bahan bakar fosil, debu, dan pembakaran sampah.

Jumlah anak-anak yang hidup di daerah penuh polusi sebagian besar berada dari Asia Selatan, yaitu 620 juta anak dan diikuti oleh Afrika dengan 520 juta anak. Sementara itu, terdapat 450 juta anak di wilayah Asia Timur dan Pasifik yang tinggal di daerah berpolusi.

Studi UNICEF ini juga mengkaji dampak dari polusi di dalam ruangan yang biasanya disebabkan oleh penggunaan bahan bakar, seperti batu bara dan kayu untuk memasak dan pemanasan

UNICEF menyatakan, polusi udara di luar dan dalam ruangan secara langsung menyebabkan pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya yang menyebabkan hampir satu dari sepuluh kematian anak di bawah lima tahun.

"Anak-anak lebih rentan terhadap polusi udara daripada orang dewasa karena paru-paru, otak, dan sistem kekebalan mereka masih dalam tahap perkembangan hingga saluran pernapasan mereka juga lebih permeabel," demikian.

 




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News