PAKAIAN adat Indonesia adalah salah satu kebudayaan yang perlu dilestarikan. Baju adat menjadi ciri khas setiap daerah, sekaligus menumbuhkan kecintaan pada Tanah Air.
Pakaian adat menjadi simbol setiap daerah dan seringkali dikenakan untuk acara resmi, seperti acara adat atau pernikahan. Dan di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, baju adat menjadi perhatian penting mengingat perlunya memperkenalkan pakaian tradisional dalam upaya menjaga kelestariannya.
Dan, pada saat peringatan HUT Ke-78 kemerdekaan RI di Istana Negara, empat pakaian adat asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dikenakan oleh perwakilan Raja Amarasi, Kabupaten Kupang yaitu Robert Maurits Koroh, lalu baju adat Soe yang dikenakan Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan pakaian adat dari Kabupaten Rote Ndao juga Kabupaten Alor yang dikenakan oleh Azalea dan Andrian, terpilih sebagai pakaian adat terbaik.
Lalu, apa makna dari pakaian-pakaian adat tersebut?
Baju Amarasi
Baju Amarasi adalah baju adat NTT dari Suku Dawan yang mendiami wilayah Kabupaten Timor, Kabupaten Kupang, dan sebagian di Kabupaten Beli. Baju ini untuk pria, berupa kain tenun yang dibentuk selimut ikat, baju bodo, kalung habas berbandung gong, muti salak, gelang timot, dan hiasan ikat kepala.
Untuk perempuan, amarasi terdiri dari kebaya, saring tenun, dan selendang. Penghias kepala yang dikenakan antara lain gelang di kepala, sisir emas, dan jepit rambut. Sedangkan aksesoris pelengkapnya adalah kalung muti salak.
Baju adat Soe
Baju adat Soe memiliki ciri khas yang unik dan memikat, mencerminkan nuansa Timor Tengah Selatan yang kaya akan budaya dan tradisi. Dalam baju ini, kita dapat menemukan harmoni antara seni, simbolisme, dan keindahan estetika yang menciptakan pesona tersendiri.
Melalui baju adat Soe, masyarakat timor Tengah Selatan berbicara tentang kearifan lokal dan keinadhan budaya mereka. Pakaian bukan hanya sekadar penampilan, tapi juga cerminan keberagaman, kreativitas, dan rasa kebersamaan suatu komunitas.
KOMENTAR ANDA