Intermittent fasting mengatur periode puasa dan periode makan setiap hari/Pixabay
Intermittent fasting mengatur periode puasa dan periode makan setiap hari/Pixabay
KOMENTAR

INTERMITTENT fasting alias puasa intermiten memang menjadi metode diet yang tengah populer saat ini. Deddy Corbuzier bahkan menggagas OCD (Obsessive Corbuzier’s Diet) yang diakui terinspirasi dari metode intermittent fasting dan puasa Nabi Daud.

Penelusuran Farah.id menunjukkan bahwa metode diet puasa (intermittent fasting, IF) adalah metode yang menawarkan sejumlah manfaat, salah satunya adalah dengan mengunci kalori hingga berat badan ideal bisa dicapai.

IF dijalankan dalam bentuk puasa dengan periode makan tertentu untuk menutup atau membuka ‘jendela’ makan secara rutin. Konkretnya, kita memiliki durasi puasa selama beberapa jam atau pada hari tertentu lalu makan dan minum dalam durasi yang juga telah ditentukan waktunya.

Ada beberapa pilihan kombinasi waktu untuk diet puasa, di antaranya yaitu 18/8, 24-jam, 5:2, dan Eat-Stop-Eat. Pilihan tersebut disesuaikan dengan aktivitas setiap orang.

Mengingat kesiapan tubuh setiap orang untuk melakukan diet berbeda-beda, spesialis gizi dr. Retno Kuntarti H, M.Gizi, Sp.GK mengimbau untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan untuk menjalani metode diet tertentu. Terlebih lagi bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan seperti masalah pencernaan, masalah hormonal, juga diabetes.

Namun demikian, meski efektivitasnya dirasakan banyak orang, pakar kesehatan justru mengatakan bahwa diet puasa intermiten ini dapat memicu risiko kemandulan—terutama bagi perempuan.

Menurut pakar diet Carolyn Williams dari Alabama, AS seperti dikutip dari Daily Mail (14/8/2023), puasa intermiten dapat mengganggu produksi hormon pengatur siklus menstruasi. Hal itu terjadi karena tubuh dipaksa untuk terus bekerja meskipun tidak ada asupan nutrisi yang memadai. Akibatnya, terjadi gangguan pada produksi sejumlah hormon, salah satunya yaitu hormon pengatur siklus menstruasi.

Dalam tubuh terdapat dua hormon yaitu lutenizing (LH) dan follicle stimulating (FSH) yang berperan mempersiapkan tubuh untuk ovulasi. Jika tubuh tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup, LH dan FSH tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik hingga siklus menstruasi tidak teratur.

Pada kasus yang lebih jarang, terganggunya fungsi LH dan FSH dapat menyebabkan kemandulan (infertilitas). Hal itu dikarenakan tanpa menstruasi, perempuan tidak dapat berovulasi, yang artinya mengurangi peluang untuk bisa hamil.

Lantas, bagaimana mengurangi risiko tersebut?

Caranya adalah dengan memastikan tubuh mendapat asupan gizi yang cukup saat periode makan. Pastikan kita mengonsumsi protein, sayuran berserat, lemak asam, juga vitamin.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health