TAHUN politik (2024) sudah di pelupuk mata. Sejak sekarang, mesin-mesin politik sudah dipanaskan, hingar-bingar mulai terasa hingga ke pelosok desa. Bagi umat Muslim, pesta demokrasi terakbar ini tidak mungkin terlewatkan karena kaum muslimin merupakan mayoritas di negeri ini. Islam pun mendorong umatnya untuk aktif berjamaah, yang dalam urusan politik itu disebut berpartai.
Al-Qur’an pun mengungkap tentang adanya ‘partai Allah’, yaitu yang ada dalam surat Al-Maidah ayat 56, yang artinya:
“Siapa yang menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, sesungguhnya para hizbullah (pengikut partai) Allah itulah yang akan menjadi pemenang.”
Hamka pada Tafsir al-Azhar Jilid 7 (2020: 348) menjelaskan, dalam zaman modern ini banyak orang mendirikan partai-partai politik. Orang Arab menyebut partai-partai politik itu dengan hizb. Mustafa Kamil pada permulaan abad ke-20 mendirikan Hizbul Wathani di Mesir, yang artinya Partai Nasional.
Jika hizb bisa diartikan golongan atau partai, maka hizbullah dapat dimaknai partainya Allah. Sungguh mereka yang menjadi bagian dari partainya Allah akan meraih kemenangan yang sebenar-benarnya.
Khalid Muhammad Khalid pada bukunya Yang Merangkak Ke Surga, Sirah 60 Sahabat Rasulullah Saw. (2015: 190) menerangkan, ayat Al-Qur’an yang mulia telah memaklumkan berdirinya partai Allah.
Partai Allah diisi oleh golongan orang-orang beriman yang ada di sekeliling Rasulullah Saw. Mereka membawa bendera kebenaran dan petunjuk, melanjutkan misi orang-orang beriman sebelumnya dalam gelanggang sejarah. Mereka sigap berdiri di sekeliling nabi-nabi dan rasul-rasul, siap mengemban tugas yang sama, yakni menyampaikan kalimat Allah yang Maha Hidup lagi Maha Pengatur.
Betapa indahnya penjelasan di atas, tentang siapa-siapa saja yang berhak menyebut diri mereka sebagai bagian dari hizbullah. Sejak awal sejarah Islam ditorehkan, para sahabat sudah istikamah tegak barisan. Mereka adalah teladan yang gigih menegakkan kebenaran tauhid, yang tidak pernah sejengkal pun mundur dari membela kebenaran Islam.
Kini, apakah masih ada yang berhak menyebut dirinya sebagai bagian dari partai Allah?
Jawaban apiknya disampaikan oleh Khalid Muhammad Khalid (2015: 191):
Dan, kali ini hizbullah itu tidak hanya terbatas pada para sahabat Muhammad Saw. Tugas ini berkelanjutan sampai generasi-generasi dan masa-masa mendatang, hingga bumi dan tiap penduduknya diwarisi oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta tergabung di dalam barisan-Nya.
Hizbullah harus diperjuangkan oleh segenap umat agar tetap eksis di zaman apa pun. Bahkan kepada anak keturunan kita, perlu dititipkan amanah agar melanjutkan tugas menegakkan partai Allah.
Lalu bagaimanakah caranya mendeteksi partai Allah?
M. Rahmat Kurnia pada buku Meretas Jalan Menjadi Politisi Transformatif (2004: 68) menjelaskann beberapa karakter partai Allah, yaitu:
1. Didirikan dalam rangka untuk melanjutkan kehidupan Islam.
2. Menetapkan tujuan secara fokus.
3. Memerinci metode (thariqah) untuk mencapainya.
4. Mengadopsi hukum-hukum syara’.
5. Pendapat dan pemikiran yang menjelaskan tentang institusi negara, strukturnya, sistem yang akan diberlakukannya (sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial), dan hubungan antarbangsa dan negara.
Semua ini digali dari contoh Rasulullah Saw saat mendirikan negara Madinah.
Penafsir terbaik Al-Qur’an adalah Nabi Muhammad Saw. Ketika kitab suci mengungkapkan bahwa hanya hizbullah yang pasti menang, maka untuk melihat konkritnya shendaknya menyimak langsung kepada leadership Rasulullah sebagai tokoh politik utama di Madinah. Beliau telah memberikan gambaran utuh bagaimana caranya mengejawantahkan nilai-nilai teragung dari partai Islam tersebut.
Sesuai janji yang tercantum dalam ayat Al-Qur’an, bahwasanya partai Allah pasti menang. Kemenangan yang diraihnya adalah yang paling hakiki. Standar kemenangan partai Allah adalah tegaknya nilai-nilai kebenaran Islam di persada bumi ini.
Apakah politik itu halal atau haram?
Jawabannya sederhana. Politik halal ya halal dan politik haram ya haram. Kita tinggal memilih jalan mana yang hendak ditempuh. Islam membuka kesempatan berpolitik bagi hamba-hamba Allah, selama istikamah memelihara norma-norma agama.
KOMENTAR ANDA