SALT THERAPY atau terapi garam sedang menjadi perbincangan hangat, setelah seorang selebriti yang juga mom milenial, Nikita Willy, memperkenalkannya. Ia menggunakan terapi garam ini kepada anak semata wayangnya, untuk mengurangi dampak negatif polusi udara yang sedang tinggi.
Salt Therapy merupakan terapi tubuh menggunakan garam dalam bentuk butiran-butiran kasar. Terapi ini sudah digunakan oleh banyak orang, bertahun-tahun lamanya. Menghirup uap garam dipercaya bisa melancarkan saluran napas dan menghalau berbagai faktor penyebab batuk.
Salt Therapy dikenal juga dengan haloterapi, yang konon katanya berasal dari Eropa Timur. Sarana yang dipakai adalah garam murni, seperti garam rock salt.
Di sana, terapi dilakukan secara alami, yaitu duduk tenang di gua dan danau bergaram, misalnya di Laut Mati di perbatasan Yordania, Israel, dan Tepi Barat. Karena wilayah lain tidak memiliki tempat wisata sumber garam alami, maka diciptakanlah mesin khusus bernama helogenerator.
Dalam terapi ini, garam tidak dikonsumsi, melainkan dihirup bersama uap atau udara yang dipompakan menggunakan helogenerator. Hampir mirip dengan spa, pasien hanya perlu duduk di ruang khusus dan menghirup uap yang keluar dari mesin tersebut yang sebelumnya sudah diisi garam mineral.
Selain dengan halogenerator, terapi garam juga bisa menggunakan alat yang mirip dengan inhaler. Garam dimasukkan ke dalam alat tersebut dan pasien tinggal menghirupnya selama beberapa menit.
Terapi garam ini bersifat antibakteri, antiinflamasi, antimikroba, mukoaktif (membersihkan lendir dari saluran udara), meningkatkan kekebalan, 100 persen alami, bebas obat, dan tentunya aman dilakukan.
Karena sifat-sifat ini, maka terapi garam dapat digunakan dalam pengobatan infeksi paru-paru, infeksi tenggorokan (faringitis), penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), maslaah pernapasan yang diakibatkan dari rokok, alergi pernapasan, asma, bronchitis, batuk dan pilek, radang selaput lendir, rhinitis, tonsillitis, dan cystic fibrosis.
Perlu diketahui juga, terapi garam dapat memiliki beberapa efek samping. Meskipun jarang terjadi, seseorang mungkin mengalami iritasi kulit atau konjungtivitis atau mata merah.
Jika kamu memiliki Riwayat penyakit seperti hipertiroidisme, hipertensi, TBC, jantung, gagal napas, anemia, hemofilia, pembekuan darah, penyakit menular, demam, luka terbuka, kanker, dan klaustrofobia, sebaiknya menghindari teknik pengobatan ini.
KOMENTAR ANDA