Dinas Gulkarmat DKI Jakarta dibantu sejumlah pihak melakukan penyiraman jalan protokol untuk mengusir hawa panas dan menghilangkan debu yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem/Net
Dinas Gulkarmat DKI Jakarta dibantu sejumlah pihak melakukan penyiraman jalan protokol untuk mengusir hawa panas dan menghilangkan debu yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem/Net
KOMENTAR

PEMPROV DKI Jakarta terus berupaya untuk menekan suhu panas dan debu akibat kemarau ekstrem, sekaligus memperbaiki kualitas udara di Jakarta. Melalui Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat), Pemprov menyiapkan sejumlah jadwal penyiraman jalan protokol. Kegiatan itu dimulai Jumat (25/8).

Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Instruksi Mendagri No 2 Tahun 2023, tentang Pengendalian Pencemaran Udara pada Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Adapun ruas jalan yang dilakukan penyiraman adalah Medan Merdeka Barat (Silang Monas Barat Laut) sampai dengan Patung Pemuda. Kemudian, Patung Pemuda sampai dengan Medan Merdeka Barat (Silang Monas Barat Laut).

Setelah itu Slipi (Peninsula) sampai dengan Cawang (UKI) dan sebaliknya, Cawang (UKI) sampai dengan Slipi (Peninsula).

Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta Satriadi Gunawan menjelaskan, penetapan Kawasan-kawasan ini merujuk pada Indeks Kualitas Udara (IQAir) dan dibagi dalam dua sesi, yaitu sesi pertama pukul 10.00 WIB dan sesi kedua pada pukul 14.00 WIB.

Adapun pasokan air yang digunakan berasal dari hasil penyulingan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Setiabudi.

“Jadi, pasokan air baku atau air bersih tidak digunakan sama sekali, alias masih aman. Nah, proses penyiraman ini akan terus kita lakukan bersama. Kita bersama petugas gabungan lainnya akan berupaya mewujudkan Jakarta menjadi kota yang lebih sejuk, bersih, dan sehat,” kata Satriadi kepada wartawan, Jumat (25/8).

Untuk membantu program Jakarta Bersih dan Sehat, Bebas dari Polusi Udara, dirinya mengimbau masyarakat untuk tidak membakar sampah sembarangan. Membakar sampah di lingkungan akan memperburuk kondisi udara dan berpotensi menyebabkan kebakaran. Apalagi, saat ini Jakarta tengah mengalami kemarau ekstrem dengan angin yang cukup kencang.

“Program preventif atau pencegahan kebakaran perlu menjadi perhatian untuk mengantisipasi bahaya kebakaran di musim kemarau ekstrem. Ini perlu kita lakukan bersama masyarakat untuk keselamatan bersama,” tutup Satriadi.

Tradisi Uchimizu Jepang

Apa yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dengan menyiram sejumlah ruas jalan ibu kota, sudah menjadi tradisi lama warga Jepang. Nama tradisinya adalah Uchimizu, yang berasal dari kata “Uchi” yang artinya melempar atau menyiram dan “Mizu” yang artinya air.

Dalam tradisi tersebut, seluruh warga Jepang mengenakan kimono dan berdiri berbaris di depan rumah atau pinggir-pinggir jalan, kemudian menyiramkan air yang dibawa ke jalan-jalan.

Tradisi ini bertujuan untuk mengusir hawa panas yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News