ALLAH menciptakan umat-Nya secara berpasang-pasangan. Mereka dipasangkan untuk mendapatkan keturunan, sebagai penerus keluarga. Tetapi, tidak sedikit dari pasangan tersebut pada akhirnya kesulitan untuk mendapatkan keturunan atau anak. Dan, ragam cara dilakukan untuk memperolehnya, mulai dari bayi tabung hingga ‘anak pancingan’.
Berbicara tentang ‘anak pancingan’, pasangan yang mempercayainya yakin betul dengan mengurus atau mengambil anak (baik anak saudara maupun tetangga untuk diurus sementara) merupakan cara tepat memiliki momongan sendiri. Namun tidak sedikit pula pasangan yang kemudian menganggap ‘anak pancingan’ tersebut sebagai anak kandungnya.
Lantas, bagaimana Islam memandang tentang ‘anak pancingan’ ini?
Islam sebenarnya tidak mengenal ‘anak pancingan’. Dalam surat Al-Imran ayat 41, Allah Swt berfirman:
“Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda. Allah kemudian berfirman, tanda bagimu adalah bahwa engkau tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah (memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari.”
Dalam surat ini, Allah menunjukkan cara-cara untuk mendapatkan momongan. Ayat ini Allah turunkan saat memerintahkan Nabi Zakaria untuk menjalankannya:
- Puasa berbicara dengan siapapun selama 3 hari, kecuali dengan isyarat.
- Perbanyak dzikir
- Membaca tasbih (subhanallahil adzim subhanallahi wa bihamdih) pada waktu sore dan pagi hari.
Sulit rasanya menjalankan perintah Allah Swt yang demikian, terutama perintah untuk berpuasa berbicara dengan siapapun selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Namun demikianlah ketentuan Allah, agar kita terus berupaya semaksimal mungkin disertai dengan doa yang sungguh-sungguh.
Lalu, dalam surat Nuh ayat 10-12, Allah Swt berfirman:
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohon ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
Jadi, Allah menginginkan umat-Nya untuk terus berdoa dengan cara sungguh-sungguh jika menginginkan seorang keturunan. Karena dengan doa yang sungguh-sungguh, niscaya Allah akan mengabulkan segala doa suami istri yang menginginkan kehadiran seorang anak.
KOMENTAR ANDA