Tim Ekpedisi Indonesia Baru melintas di salah ruas jalan untuk berkeliling Indonesia dengan mis imajinasi dan harapan warga tentang Indonesia/Farah.id
Tim Ekpedisi Indonesia Baru melintas di salah ruas jalan untuk berkeliling Indonesia dengan mis imajinasi dan harapan warga tentang Indonesia/Farah.id
KOMENTAR

TIM EKSPEDISI INDONESIA telah tiba di Tol Kayangan, Jawa Tengah, Minggu, (27/8) di Desa Sigempol,  Pegunungan Dieng. Setelah sebelumnya menjelajahi kepulauan Indonesia selama 424 hari menggunakan sepeda motor sejak 1 Juli 2022 lalu, 

"Alhamdulillah, Puji Tuhan, kami bisa menyelesaikan perjalanan ini dengan selamat," kata salah satu personel ekspedisi, Dandhy Laksono, dalam keterangan yang diterima Farah.id, Minggu (27/8). 

Bila ditotal jarak yang sudah ditempuh, lanjut Dhandy,  tim telah menempuh jarak sekitar 11.000 km. Hampir tiap daerah disinggahi dari Sumatera hingga Papua. 

"Melintasi 26 provinsi dan 120 kota, serta melakukan 16 penyeberangan antar-pulau: Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Sulawesi, Papua, Maluku Utara, Kalimantan, dan Sumatera," ujarnya.

Dia menjelaskan, bahwa Tim ekpsedisi juga sempat mengunjungi titik terbarat di Pulau Weh, Aceh, dan titik paling timur di Jayapura, Papua.

Ekspedisi ini, menurut dia, bertujuan merekam imajinasi dan harapan warga tentang Indonesia, meneliti dan mencatat keragaman hayati, serta merangkai simpul-simpul komunitas sepanjang perjalanan.

Selama perjalanan, dirinya menyebutkan telah mengumpulkan dokumentasi berupa foto dan video yang nantinya akan dijadikan film pendek serta dokumenter perjalanan bertema ke Indonesiaan. 

"Juga sudah ada 5 film dan 1 dokumenter beragam topik:dari pertanian hingga maritim dan kelautan; dari masyarakat adat hingga keragaman hayati yang tecermin dalam kuliner, tenun dan obat tradisional," terangnya.

"Dari pariwisata hingga problem tambang nikel dan geotermal; dari perkebunan sawit hinga konflik agraria; dari masalah ibukota baru (IKN) hingga hak atas rumah," tambahnya. 

Lewat konsep Bioskop Warga, film-film dokumenter tersebut telah diputar di 200 lokasi/komunitas yang tersebar di Indonesia; dari "layar tancap" pedesaan, warung-warung kopi perkotaan, masjid, gereja hingga kampus-kampus.

Tak hanya di Indonesia, Serial Dokumenter "Dragon for Sale", yang berisi 5 film tentang kontroversi pariwisata Pulau Komodo dan "10 Bali Baru", juga telah diputar di 8 kampus Amerika Serikat. Sementara, rencana penayangannya di Labuan Bajo sempat dibatalkan polisi.

Tim Ekspedisi Indonesia Baru melibatkan personel lintas-generasi: Farid Gaban (Generasi Boomer), Dandhy Laksono (Generasi X), Yusuf Priambodo (Generasi Y) dan Benaya Harobu (Generasi Z).

Sebagai informasi, di usia lebih dari 60 tahun, Farid Gaban masih sanggup mendaki Gunung Rinjani (3.726 meter) atau menyelam di Ternate atau Teluk Saleh, Sumbawa.

"Kami juga mengunjungi 10 Taman Nasional yang mewakili keragaman ekosistem Indonesia, meski dengan banyak catatan, kata Farid Gaban.

Bagi Farid dan Dandhy, ini merupakan perjalanan keliling Indonesia kedua. Pada 2009, Farid melakukan Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa bersama jurnalis Ahmad Yunus. Sementara Dandhy melakukan Ekspedisi Indonesia Biru enam tahun setelahnya bersama fotografer Suparta Arz. 

Dua ekspedisi itu juga dilakukan dengan bersepeda motor selama kurang-lebih setahun.

Ekspedisi Indonesia Baru dikelola dengan sistem koperasi yang beranggotakan anak-anak muda, jurnalis, aktivis lingkungan dan content-creator.

"Ini pengalaman pertama saya keliling Indonesia dan kami telah melalui hal-hal yang luar biasa sepanjang perjalanan," ungkap Yusuf Priambodo yang bergabung dengan ekspedisi lewat proses seleksi.

Sementara anggota termuda adalah jurnalis muda Benaya Harobu dari Sumba (NTT) yang meninggalkan pekerjaannya untuk bergabung dalam ekspedisi ini.

"Saya tidak menyesal. Apa yang saya alami, jauh melampaui pengalaman kerja di mana pun," ungkap Benaya.

Setelah selesai ekspedisi, kini Koperasi Ekspedisi Indonesia Baru akan mulai mengolah dokumentasi hasil perjalanan agar bisa dikonsumsi dan bermanfaat bagi publik.

"Semoga apa yang kami upayakan menjadi sumbangan bagi perubahan di Indonesia menjadi lebih baik. Karena itulah esensi dari Ekspedisi Indonesia Baru," imbuh pimpinan Koperasi Ekspedisi Indonesia Baru, Rumiyati.




Dukung Riset dan Publikasi Ilmiah, Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta Luncurkan Jurnal Yustisia Hukum dan HAM “JURNALIS KUMHAM”

Sebelumnya

Momen Unik yang Viral, Kebersamaan Presiden Prabowo dan Kucing Bobby Kertanegara di Istana

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News