Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Universitas Gadjah Mada mengadakan Merck Young Scientist Award (MYSA) 2023 di Jakarta, belum lama ini.
Acara yang telah diadakan sejak 2018 tersebut berkolaborasi dengan Organisasi Riset Ilmu Hayati dan Lingkungan.
Selaku dewan juri, BRIN dan UGM akan memberikan penilaian yang optimal terhadap para peserta. MYSA bertujuan untuk mengajak para ilmuwan muda untuk berdiskusi bersama, berbagi ide, mengembangkan penelitian ilmiah, dan berkolaborasi untuk menciptakan terobosan baru.
Selain itu, acara ini sekaligus untuk menghargai dedikasi para ilmuwan dalam menciptakan solusi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia.
“Di era yang sudah serba modern, pengetahuan dan inovasi merupakan kunci terciptanya perubahan sosial, pembangunan sosial-ekonomi berkelanjutan, serta mendorong kemajuan global,” ujar Presiden Direktur Merck Chemicals and Life Sciences, Bruno A. Mateus belum lama ini.
Ajang ini terbuka untuk seluruh ilmuwan warga negara Indonesia, baik ilmuwan profesional, mahasiswa pascasarjana dan ilmuwan dari universitas, ilmuwan dari institusi swasta dan negara, hingga ilmuwan di rumah sakit yang berusia maksimal 40 tahun pada akhir Desember 2023.
Bruno melanjutkan, tahun ini, pihaknya berfokus pada pengembangan pengobatan inovatif berkelanjutan. Dia percaya bahwa para ilmuwan muda memainkan peran kunci dalam memajukan bidang kesehatan dan sains. Kualifikasi penelitian sendiri akan mencakup pengembangan produk dan pengetahuan dalam sektor pertanian, kesehatan, dan lingkungan yang telah dikaji dalam uji laboratorium.
Pendaftaran dilakukan secara online pada 9 Agustus 2023 hingga 29 September 2023, dengan mengirimkan proposal penelitian ilmiah ke www.SigmaAldrich.ID/MYSA2023.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang ilmu hayati khususnya bioteknologi dalam pemanfaatan biodiversitas di era global ini berjalan dengan sangat cepat. Vaksin, obat, material maju dan produk industri strategis di negara-negara maju sekarang semuanya dapat diproduksi hanya berbasis data, yaitu data genom dan protein.
Di era data mining dalam ilmu pengetahuan dan teknologi bidang hayati ini menuntut penguasaan teknologi kunci dalam bidang rekayasa genetika dengan bantuan multidisiplin ilmu lainnya termasuk teknologi digital dan artificial intelligence.
Disinilah peran talenta-talenta periset muda di Indonesia sangat dibutuhkan untuk menjawab berbagai tantangan khususnya dalam bidang ilmu hayati, kesehatan dan keilmuan terkait.
KOMENTAR ANDA