Ilustrasi kasih sayang antara suami istri/Pixabay
Ilustrasi kasih sayang antara suami istri/Pixabay
KOMENTAR

BOLEHKAH, kita menyingkap rahasia Allah?

Bisa! Khususnya perkara jodoh. Tapi, kapan rahasia Tuhan itu bisa terbongkar?

Ya, setelah menikah!

Sekarang lihatlah suami atau istri yang mendampingi kita. Dia adalah yang selama ini kita cari-cari hingga ke ujung dunia. Bagaimana pun kondisi pasangan kita, dia adalah jodoh sah yang ditakdirkan Tuhan.

Setelah berhasil menyibak rahasia Allah tentang siapa jodoh kita, maka berikutnya dalam perjalanan rumah tangga, kita akan semakin banyak menyingkap rahasia-rahasia lainnya. Terutama rahasia yang berkaitan dengan hikmah-hikmah kebenaran dari takdir jodoh tersebut.

Jangan pernah lupa, di atas segala kekurangan dan kelebihan pasangan, sesungguhnya dia adalah pilihan Tuhan untuk kita. Pemahaman matang terhadap konsep takdir jodoh ini akan membantu kita dalam mencerna hikmah kebenaran tersebut, di antaranya:

Pertama, sejak awal jodoh kita sudah ditetapkan Tuhan, yang kita lakukan hanyalah pengembaraan seru untuk meraihnya.

Kita boleh saja menjelajah hingga ke ujung dunia, atau sampai mendaki gunung tertinggi atau menyelami samudra terdalam, tetapi jodoh bisa jadi yang sangat dekat dari kita. Namun, pencarian jodoh tidak akan pernah sia-sia, selama kita percaya ketetapan Tuhan memang sudah lebih dulu berlaku.

Justru dengan keyakinan macam ini, kita hendaknya menjadi lebih tenang. Tidak perlu ada kegundahan terkait jodoh, sebab takdir Tuhan sudah menetapkan siapa, di mana, dan dalam kondisi apa pertemuan akan terjadi.

Jodoh sudah ditetapkan Tuhan bukan berarti ikhtiar kita akan sia-sia, melainkan hal ini hendaknya menjadi pendorong bagi kita supaya lebih yakin tujuan itu sesungguhnya sudah dekat. Jodoh itu memang sudah ada, tinggal kesabaran dalam menapaki jalannya saja.

Kedua, ikhtiar mencari jodoh perlu digiatkan. Jodoh di tangan Tuhan, tapi kalau tidak diambil, berarti akan tetap berada di tangan Tuhan. Artinya, pemahaman yang benar terhadap takdir akan memberi kemudahan dalam menemukan jodoh.

M. Quraish Shihab dalam buku Hidup Bersama Al-Quran 2 (2022: 186) menerangkan:

Manusia diciptakan Tuhan berada dalam ruang takdir. Namun, jika kita beri gambaran, ruang ini begitu luas, ada dinding yang mengelilingi. Anda tidak akan bisa keluar dari dinding, Anda harus pergi ke tempat lain.

Begitu juga dengan jodoh. Jika Anda berjalan ke sana tetapi tidak menemukan jodoh atau apa yang Anda harapkan, Anda bisa berusaha ke arah lainnya. Jangan menyalahkan takdir sebelum berusaha. Jangan hanya menunggu jodoh, tetapi menjemput jodoh itu.

Ketiga, tidak ada yang mampu menolak takdir jodoh. Kita bisa taaruf atau bertunangan berkali-kali, tapi pada akhirnya menikah dengan takdir jodoh juga.

Sikap menolak terhadap suami atau istri sah merupakan sikap yang tidak terpuji, karena sama artinya dengan tidak menerima takdir Ilahi. Tidak elok bila kita memandang rendah pasangan yang sah, lalu berandai-andai sekiranya menikah dengan laki-laki atau perempuan lain.

Tuhan yang lebih tahu apa dan siapa yang terbaik untuk hamba-Nya. Ilmu pengetahuan manusia memanglah sangat terbatas, sehingga tidaklah diketahuinya seluruh rahasia kehidupan.

Boleh jadi ada keburukan besar sekiranya menikah dengan lelaki atau perempuan yang diimpikan tersebut. Demi kebaikan yang lebih besar, makanya kita dijodohkan dengan suami atau istri yang sekarang ini.

Keempat, setelah menikah maka upayakan ikhlas menerima jodoh. Karena selalu ada rahasia Tuhan di balik kita berjodoh dengan suami atau istri saat ini. Jika dia punya kekurangan, maka kita berpahala dalam meluruskan pasangan. Bila dia punya kelebihan, kita bersyukur terbantu oleh keunggulannya.

Keikhlasan sangat menentukan dalam proses penerimaan atas takdir jodoh. Tanpa keikhlasan yang terjadi malah terlihatnya banyak kekurangan pasangan atau justru timbulkan penolakan atau bahkan penyesalan.

Kelima, saling mendukung suami istri supaya berhasil mencapai sakinah, sebagai bentuk syukur atas takdir jodoh itu.

Aisyah sangat pencemburu, tapi dirinya amat cerdas. Hafshah sangat sensitif, tapi dialah yang menjaga penulisan Al-Qur’an. Ummu Salamah sangat tua, tapi dia bijaksana memberi nasihat atau saran cemerlang bagi suami. Maka, perbanyaklah rasa syukur, niscaya kita akan lebih ringan menjalani romantika pernikahan.

Demikianlah hikmahnya, jodoh dijadikan sebagai salah satu perkara yang tergolong takdir Tuhan. Bersama jodoh, kita akan menempuh perjalanan hidup yang panjang sekali, dan menghadapi topan badai yang banyak sekali. Selama kita memahami jodoh adalah takdir Ilahi, insya Allah muncul kekuatan batin dalam menjalani rumah tangga.

Ingatlah, dunia ini bukan tempat yang sempurna, begitu pula dengan pasangan sah yang kini mendampingi kita. Akan tetapi dengan melihat suami atau istri sebagai takdir jodoh Tuhan, maka kita bisa menjalani rumah tangga lebih bahagia.     




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur