TANTANGAN masa depan bagi anak-anak semakin besar. Pada 20 tahun mendatang, saingan anak-anak kita nantinya bukan lagi manusia, tetapi robot. Bahkan AI kini sudah mulai mengincar berbagai profesi manusia.
“Jika kita hanya mengajarkan anak kita untuk pintar, dia akan kalah dengan AI. Apalagi sekarang AI akan dipasang ‘brain’ (otak). Jika anak kita tidak diajarkan empati dan simpati, sopan santun, tata krama, akan sama dengan robot,” ujar Psikolog Intan Erlita dalam Apodtik bersama Aditya Herpavi.
Karena itulah, untuk bisa unggul dari AI, maka kita mesti memiliki karakter unggul manusia, salah satunya adalah empati.
Dari berbagai data yang dihimpun Farah.id, ada sejumlah definisi dalam spektrum luas yang menjelaskan tentang empati. Secara sederhana, bisa diartikan sebagai keinginan untuk menolong sesame, mengalami emosi yang serupa dengan emosi yang dirasakan orang lain, seolah-olah mengaburkan garis antara diri sendiri dan orang lain.
Karena itulah setiap orang mempunyai kadar empati yang berbeda-beda. Ada orang yang dengan mudah put yourself in someone’ shoes, namun tak sedikit yang kesulitan untuk menempatkan diri di posisi orang lain.
Tak banyak yang tahu, kita dapat berlatih untuk mengembangkan empati dalamdiri dan membentuk nilai-nilai moral. Dengan banyak memperluas pergaulan, melihat dari dekat kehidupan orang lain yamg tidak seberuntung kita, juga belajar mendengar cerita orang lain.
Empati menjadi satu kunci yang akan menjadikan anak-anak kita kelak menjadi pemenang dalam persaingan mereka dengan robot.
Dengan empati, kehidupan profesional akan menjadi hal membanggakan yang tidak hanya memikirkan keuntungan finansial semata tapi juga bagaimana menciptakan lingkungan berkelanjutan untuk diwariskan hingga ke generasi medatang.
KOMENTAR ANDA