Raja Charles III/AP
Raja Charles III/AP
KOMENTAR

RAJA Charles III dari Inggris mencapai tonggak sejarah tahun pertamanya sebagai raja pada minggu ini. Sejauh ini, ia berhasi melaksanakan transisi yang mulus dari pemerintahan mendiang sang ibunda, Ratu Elizabeth II.

Raja Charles (74) telah memasuki peran baru setelah 70 tahun menunggu sebagai ahli waris takhta. Inilah yang terlama dalam sejarah Inggris.

Catatan Farah.id menunjukkan bahwa Charles resmi dinobatkan sebagai Raja Inggris dalam upacara sarat simbolisme dan musik di Westminster Abbey pada 6 Mei 2022.

Saat Uskup Agung Canterbury meletakkan Mahkota Saint Edward di kepala Sang Raja, hanya pada momen itulah Raja Charles mengenakan mahkota tersebut sepanjang hidupnya. Peletakan mahkota disambut alunan terompet dan penembakan kehormatan di seluruh negeri, seiring bunyi lonceng Westminster Abbey.

Namun meski ada harapan akan adanya reformasi, ia belum membuat perubahan besar pada monarki, sehingga memicu persepsi bahwa ia hanya berperan sebagai pengurus sebelum putra sulungnya dan pewarisnya, Pangeran William, mengambil alih.

“Saya pikir transisi ini berjalan lebih lancar dari yang diperkirakan,” kata Pauline Maclaran, profesor di Royal Holloway, Universitas London seperti dilansir AFP.

Charles secara resmi dinobatkan bersama istrinya Camilla di hadapan para bangsawan dan pemimpin global.

“Saya pikir kita mungkin bisa mengharapkan perubahan kecil, tapi dia benar-benar membuka jalan bagi William, dan saya membayangkan William akan menjadi modernisasi monarki yang sesungguhnya,” kata Maclaran.

Raja Charles tetap tidak sepopuler mendiang ibunya dan William, namun peringkat persetujuannya telah menerima peningkatan yang signifikan sejak ia naik takhta.

Jajak pendapat YouGov menunjukkan 55 persen warga Inggris memiliki opini positif terhadap kepala negara baru mereka, dibandingkan dengan 44 persen pada tahun lalu.

Siaran televisi pertamanya pada Hari Natal berupa pidato tradisional ke Inggris dan Persemakmuran, yang juga ia pimpin, ditonton oleh 10,6 juta pemirsa di Inggris.

Lebih manusiawi

Raja Charles telah melakukan beberapa perjalanan keliling negeri, sering kali ditemani oleh Ratu Camilla. Keduanya tampak lebih terbuka dibandingkan mendiang Ratu Elizabeth II.

“Bahkan dalam foto-foto resmi yang dirilis Istana, mereka tampak jauh lebih santai. Ada lebih banyak rasa kemanusiaan, Sang Raja sadar bahwa hal ini perlu dilakukan,” kata Jonathan Spangler, dosen sejarah di Manchester Metropolitan University.

Charles telah menunjukkan dirinya sebagai orang yang "rendah hati dan mudah diakses" pada saat Inggris sedang bergulat dengan krisis biaya hidup terburuk dalam satu generasi.

Satu-satunya kendala dalam citra publik sejauh ini adalah rasa frustrasinya terhadap pena yang bocor setelah penobatan.

Anna Whitelock, seorang sejarawan monarki, mengatakan meskipun tidak ada kesalahan besar, namun juga tidak ada momen yang menentukan selama satu tahun pemerintahan Raja Charles.

“Pertanyaan besar yang masih tersisa; bagaimana dia akan menanggapi permintaan maaf atas warisan kolonial, juga tentang pengecualian pajak?” tanya Whitelock.

Gerakan pro-republik yang menginginkan kepala negara terpilih telah memanfaatkan kesempatan untuk memanaskan kembali perdebatan tentang masa depan konstitusional keluarga kerajaan Inggris. Mereka selama ini terbungkam oleh rasa hormat masyarakat terhadap ratu yang sudah lanjut usia dan lemah.

Tak heran, Raja Charles sering disambut dengan spanduk dan slogan anti-monarki dan bahkan telur dilemparkan ke arahnya.




Kolaborasi Kementerian PPPA & Kementerian Komdigi Siap Perkuat Literasi Digital Perempuan dan Anak

Sebelumnya

Menag Nasaruddin Umar: Gerakan Kepramukaan Madrasah Harus Dikembangkan Demi Menyiapkan Generasi Adaptif dan Kreatif

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News