DALAM momentum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang akan diselenggarakan di Jakarta 5-7 September, para aktivis muda dari negara-negara ASEAN juga berkumpul untuk menyampaikan aspirasi terkait isu keadilan iklim dalam ASEAN Civil Society/ASEAN People Forum (ACSC/APF).
Forum yang digelar di Jakarta pada 1-3 September di Universitas Atmajaya ini diselenggarakan oleh organisasi masyarakat sipil yang peduli akan isu ruang partisipasi aman, pemulihan demokrasi, dan kesetaraan di ASEAN.
Dalam salah satu rangkaian kegiatan ACSC/APF, Plan International Asia and Pacific (APAC), Plan International Indonesia dan ASEAN Youth Forum menggelar workshop dan sesi refleksi yang mengambil tema “Youth Voices Matters for Climate and Environmental Justice” atau “Pentingnya Suara Kaum Muda untuk Keadilan Iklim dan Lingkungan”.
Kedua sesi ini dihadiri 58 aktivis muda pembela HAM dan pimpinan organisasi kaum muda dari Indonesia, Kamboja, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Mereka saling berdiskusi, bertukar pikiran, berkonsolidasi dan menyepakati tiga rekomendasi untuk para pemimpin ASEAN mengatasi masalah keadilan iklim dan lingkungan dari perspektif kaum muda.
Dalam acara tersebut, Pai, perwakilan kaum muda dari Our Voice Our Choice Project di Thailand mengatakan para Menteri Ekonomi dari negara-negara ASEAN dan berbagai lembaga di bawah pilar ASEAN Economic Community perlu mengimbau perusahaan-perusahaan di negara ASEAN agar ikut bertanggung jawab dalam memelihara kelestarian lingkungan, salah satunya dengan melakukan praktik bisnis yang berkelanjutan dan mematuhi standar lingkungan melalui pemberian insentif dan dan penerapan regulasi.
“Perusahaan-perusahaan juga harus menyediakan dana untuk mendukung inisiatif iklim, khususnya bagi negara-negara yang masih kekurangan sumber daya dalam memitigasi perubahan iklim di tingkat regional,” katanya dalam keterangan diterima Farah.id, Senin (4/9).
Sementara itu, Manajer Advokasi ASEAN Youth Forum, Astried Permata Septi, menilai harus ada lebih banyak kesempatan bagi kaum muda dari berbagai latar belakang untuk berani berbicara dan menyampaikan aspirasinya terkait keadilan iklim kepada para pemangku kebijakan melalui forum-forum seperti ASEAN People Forum.
“Partisipasi kaum muda diperlukan karena ketika kita berbicara tentang keadilan iklim, kita juga berbicara tentang hak dan kesejahteraan kaum muda. Hal ini mempunyai dampak yang sangat besar terhadap kehidupan kaum muda. Jika terjadi krisis lingkungan hidup, maka akses kaum muda terhadap hak-hak dasar akan terhambat, termasuk hak atas pendidikan, kesehatan, pangan, dan lain-lain”, ujarnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka pun memberikan rekomendasi khusus kepada ASEAN Socio-Cultural Community Council (Dewan Komunitas Sosial Budaya ASEAN) untuk mendukung dan mendengar aspirasi masyarakat sipil khususnya suara anak perempuan dan pemuda, serta melibatkan mereka dalam mekanisme perencanaan, koordinasi dan sumber daya.
KOMENTAR ANDA