Tiga tokoh dunia politik yang sedang jadi pembicaraan hangat, (Ki-Ka) Anies Baswedan, Cak Imin, dan Agus Yudhoyono/Net
Tiga tokoh dunia politik yang sedang jadi pembicaraan hangat, (Ki-Ka) Anies Baswedan, Cak Imin, dan Agus Yudhoyono/Net
KOMENTAR

DUNIA politik dalam beberapa hari terakhir diramaikan kabar tentang Anies Baswedan tiba-tiba meninggalkan Agus Harimurti Yudhoyono lalu bersanding dengan Muhaimin Iskandar.

‘Kegaduhan’ itu juga sampai ke telinga ibu-ibu. Tak heran bila isu politik itu juga marak menjadi perbincangan di acara-acara arisan dan kumpul para ibu.

Seperti apa tanggapan ibu-ibu tentang urusan tiga politikus tersebut?

Berikut pendapat sejumlah ibu yang tinggal di wilayah Jabodetabek saat diwawancarai Farah.id pada Senin (4/9/2023).

“Saya pernah dengar dulu Muhaimin mau bareng Pak Prabowo. Eh, sekarang jadinya dengan Anies Baswedan. Namanya politik memang susah ditebak ya…yang penting berhasil walau dengan cara apa pun,” kata Kiki Zakiyah, ibu satu putra yang berprofesi sebagai guru TK.

“Mungkin ada pemikiran jika ingin dapat suara banyak, salah satu cara untuk mendongkrak suara adalah berpasangan dengan Cak Imin. Tapi siapa yang tahu ya, apa strategi itu bakal berhasil atau tidak,” imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan ibu lainnya, bahwa alasan memilih Muhaimin Iskandar adalah tentang menjaring suara.

“Surya Paloh pilih Cak Imin karena NasDem ingin menjaring lebih banyak suara pada Pemilu 2024. Alasannya sudah tentu ingin dapat suara di Jawa Timur mengingat Cak Imin datang dari basis NU yang kuat di Jawa Timur. Sedangkan Demokrat sudah dalam beberapa waktu terakhir memamerkan ‘kemesraan’ dengan Anies Baswedan, bagaimana tidak patah hati?” ujar Ifa Dahlia, ibu dua putri yang juga seorang konsultan bisnis kecantikan.

Ibu lainnya berpendapat bahwa dalam politik, perubahan adalah sebuah keniscayaan. Segala sesuatu bisa berubah. Bukan tak mungkin dulu teman sekarang lawan, atau sebaliknya.

“Namanya politik ya harus penuh strategi. Segala hal tak terduga bisa terjadi, bahkan ada yang di luar nalar. Dan masyarakat harusnya sudah terbiasa dengan pergolakan yang terjadi, karena pemilihan pasangan calon bisa berubah-ubah sampai H-1 sebelum deklarasi,” ungkap Farhah, ibu dua anak remaja yang berprofesi sebagai Event Organizer.

“Tidak masalah menurut saya, macam main catur, strateginya bisa berubah-ubah. Bisa jadi duet ini untuk mengecoh lawan, bisa jadi untuk mengambil simpati massa, bisa jadi untuk berbagai kepentingan,” katanya lagi.

Melihat perkembangannya, Farah.id mencatat baru beberapa jam setelah kabar duet Anies-Cak Imin beredar, ‘hantaman’ datang satu demi satu.

Ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang keukeuh  memanggil Cak Imin untuk dimintai keterangan terkait dugaan korupsi pengadaan proteksi TKI tahun 2012 saat ia menjabat Menakertrans. Meski ada pihak yang menuding KPK tebang pilih dan dipengaruhi kepentingan politik. Namun KPK bersikeras kasus tersebut memang sudah dalam tahap penyidikan.

Lalu, ada pula wejangan Menag Yaqut Cholil Qoumas tentang tips memilih pemimpin yaitu melihat track record-nya yang tidak menggunakan agama sebagai kendaraan politik alias politisasi agama dan bukan pemecah belah umat. Kalimat itu disampaikan Gus Men saat mengunjungi Ponpes Az Zawiyah di Garut, Jawa Barat (3/9/2023).

Banyak orang menganggap itu adalah sindiran untuk Cak Imin. Secara pribadi, ia pernah memprotes kebijakan toa masjid Gus Men di awal tahun 2022. Dan jauh sebelum itu, di tahun 2008, Cak Imin juga mengambil alih kepemipinan PKB dari Gus Dur, yang membuat banyak orang—terutama Yenny Wahid, berang sampai hari ini.




Indonesia Raih “Best Tourism Villages 2024" UN Tourism untuk Desa Wisata dengan Sertifikat Berkelanjutan

Sebelumnya

Konten Pornografi Anak Kian Marak, Kementerian PPPA Dorong Perlindungan Anak Korban Eksploitasi Digital

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News