Menyucikan hati membuat manusia akan semakin dekat dengan Sang Khalik/Net
Menyucikan hati membuat manusia akan semakin dekat dengan Sang Khalik/Net
KOMENTAR

MANUSIA kini sedang hidup di akhir zaman, di mana ukuran keberhasilan dan kesuksesan ditentukan oleh capaian duniawi. Tak heran jika kemudian banyak sekali dijumpai penyimpangan, salah satunya manusia yang gemar menuruti hawa nafsu serta mengumbar keburukan yang akan membahayakan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.

Penting kemudian jika kita harus menahan amarah dan keburukan lain agar tercipta kedamaian dan ketentraman. Caranya adalah menyucikan hati dengan wudhu batin salamatush shadri.

Suatu ketika, seorang sufi ahli ibadah bernama Hatim al-Asham diminta penjelasan oleh Ashim bin Yusuf, seorang ahli fiqih, setelah pengajian majelis taklimnya. Ashim bertanya, “Ya syaikh, bagaimanakah cara kamu melaksanakan salat?”

Hatim menjawab, ketika masuk waktu salat, aku berwudhu dengan dua wudhu, yaitu wudhu lahir dan wudhu batin. Wudhu lahir itu syariat dan wudhu batin adalah hakikat. Wudhu lahir dilakukan dengan membersihkan anggota badan menggunakan air, sedangkan wudhu bathin harus mencuci hati (salamatush shadri) dengan 7 hal, yaitu:

1. Dicuci dengan rasa penyesalan (an-nadamah)

Kiranya, kisah Sayyidina Umar bin Khattab ra patut direnungkan. Sayyidina Umar memiliki kebun kurma di Madinah yang kualitasnya bagus, manis, dan legit. Di dalam kebun tersebut terdapat sumber air. Betapa bahagianya hati Sayyidina, hingga seringkali berjalan mengelilingi dan memeriksa hasil kebunnya.

Hingga suatu saat, sepulang dari kebun, beliau bertemu dengan para sahabat yang berjalan beriringan. Ia lalu bertanya, “Dari manakah gerangan kalian berjalan bersama?”

Para sahabat menjawab, “Dari pulang berjamaan ashar”.

Sayyidina Umar pun terkejut dan berucap, “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, jadi habis jamaah ashar? Masyaallah, aku ketinggalan jamaah karena kebun kurma ini. Maka, kebun ini aku wakafkan kepada fakir miskin”.

Begitulah Sayyidina Umar menyucikan hatinya dengan penuh rasa penyesalan.

2. Cuci dengan tobat. Tobat yang dimaksud adalah taubatan nasuhan, bersungguh-sungguh dan bertegad tidak akan mengulanginya lagi. Jika perlu, sertakan dengan puasa tiga hari sebagai bukti kesungguhan dan biasakan salat malam.

3. Meninggalkan cinta dunia (tarku hubbid dunya). Cinta dunia mengakibatkan kesalahan. Karena hubbid dunya, orang berselingkuh, korupsi, dan lainnya.

4. Menjauhkan diri dari suka kekuasaan (hubbur riyasah). Karena sesungguhnya, kekuasaan sering menyibukkan manusia dan memalingkannya dari Allah.

5. Meninggalkan suka dipuji (hubbul mahmadah). Pujian seringkali menenggelamkan manusia yang mengakibatkan kesombongan yang luar biasa.

6. Dicuci dari dendam (tarkul hiqdi). Meninggalkan dan melupakan dendam akan membuat seseorang tabah dan sabar menghadapi cobaan.

7. Dicuci dengan tarkul hasad. Karena hakikatnya hasad itu layaknya api yang dapat dengan mudah membakar kayu.

Demikianlah cara mencuci hati dengan wudhu batin.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur