BARU-BARU ini, beredar sebuah video di media sosial Instagram yang menyatakan bahwa perempuan yang menerima vaksinasi COVID-19 akan menghadapi efek samping yang tidak diketahui dan dapat diturunkan secara turun-temurun kepada anak-anak mereka. Video tersebut diposting oleh seorang pria pada 25 Agustus 2023.
Namun ahli menjelaskan bahwa faktanya vaksin COVID-19 tidak mengubah DNA dan efek sampingnya tidak menular. Salah satunya disampaikan oleh ahli epidemiologi Cindy Prins, yang juga seorang profesor ilmu kesehatan populasi di University of Central Florida.
“Tidak ada efek terus-menerus dari vaksin COVID-19 pada faktor keturunan. Vaksin ini tidak membuat perubahan genetik pada sel telur atau sperma yang dapat diturunkan ke generasi mendatang,” tegas Cindy.
Sarjana senior di Johns Hopkins Center for Health Security Dr Amesh Adalja, memperkuat pernyataan Cindy. Ia mengatakan, vaksin justru melindungi perempuan hamil dari virus corona. Tubuh wanita pada gilirannya akan membuat antibodi yang juga dapat melindungi anak-anak mereka yang baru lahir.
Hal ini juga ditegaskan oleh Richard Watanabe, seorang profesor kedokteran pencegahan University of Southern California, bahwa efek samping vaksin tidak dapat diturunkan dari ibu ke anak.
Efek samping vaksin tidak memiliki dampak genetik atau menciptakan perubahan yang diwariskan. Efek samping itu juga tidak akan membuat perubahan apapun dalam tubuh yang dapat diturunkan kepada anak atau cucu.
Vaksin COVID-19 Tidak Memicu Miokarditis
Ahli juga menyangkal sebuah video yang menyebutkan bahwa vaksinasi COVID-19 meningkatkan risiko miokarditis. Peneliti utama menegaskan, penafsiran tersebut tidak benar.
Para peneliti justru menjelaskan bahwa pasien dengan miokarditis setelah vaksinasi COVID-19 mengalami penurunan risiko gagal jantung secara signifikan pada 90 hari setelah masuk ke rumah sakit.
Sebaliknya, para peneliti menemukan peningkatan risiko gagal jantung yang tidak signifikan pada 90 hari pada pasien dengan miokarditis yang terkait dengan penyakit COVID-19, bukan efek vaksin COVID-19. Selanjutnya, sebuah penelitian lain justru menunjukkan risiko miokarditis lebih sering terjadi setelah tertular virus.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa risiko miokarditis lebih tinggi pada mereka yang pernah terinfeksi, kecuali pada pria berusia di bawah 40 tahun. Fakta lain yang diterbitkan pada Agustus 2022 menemukan bahwa risiko miokarditis tujuh kali lipat lebih tinggi pada orang yang terinfeksi SARS -CoV-2 dibandingkan mereka yang menerima vaksin.
Jadi intinya, vaksin COVID-19 tidak akan memberikan efek samping pada perempuan yang kemudian diturunkan ke anak-anak mereka.
KOMENTAR ANDA